Berpaling daripada Allah SWT ketika turunnya
hukum-hukum-Nya, berarti matinya agama, binasanya tauhid, musnahnya keridhaan
dan keikhlasan. Sedangkan hati orang mukmin tidak mengetahui, mengapa dan
bagaimana hendak melayan dorongan nafsunya. Bahkan ia berkata: “Benar…! Semua
nafsu itu mesti dilawan, ditentang dan dimusuhi.”
Yang demikian, barangsiapa yang ingin memperbaiki
dirinya, maka hendaklah dia berlatih untuk memerangi nafsunya, sehingga dirinya
bebas daripada cengkraman kejahatan dan pengaruh nafsu. Karena seluruh nafsu
itu mengajak kepada kejahatan.
Apabila kamu mampu menggembleng dan menundukkan
nafsumu, maka seluruh nafsu itu akan menjadi baik, yakni kebaikan yang berada
di dalam kebaikan. Sehingga jadilah ia mengikuti semua ketaatan dan
meninggalkan semua kejahatan dan kedurhakaan. Dalam keadaan yang demikian, maka
diucapkan baginya firman Allah Surah Al fajr ayat 27 sampai ayat 30, yang
terjemahannya:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku.
Masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Q.S. Al-Fajr: 27-30).
Dengan demikian, maka sudah pastilah ketaqwaannya, dan
hilang daripadanya segala keburukan, serta tiada ketergantungan kepada makhluk.
Hal ini telah berlaku kepada Nabi Sulaiman Khalilullah, baginda telah terlepas
daripada kungkungan nafsunya dan baginda hidup dengan tenang, bebas daripada
pengaruh nafsu yang senantiasa mendorong manusia kepada melakukan kejahatan.
Ketika jiwanya telah tenang, berdatangan kepadanya
berbagai jenis makhluk yang menawarkan bantuan dan pertolongan. Ketika itu
baginda menjawab: “Aku tidak memerlukan pertolongan kamu sekalian. Dia (Allah)
mengetahui keadaanku dan memenuhi segala permohonanku.”
Karena penyerahan dn ketaqwaan baginda yang tidak
berbelah bagi itu, maka Allah berfirman kepada api, firman-Nya yang
terjemahannya:
“Berkata Kami. Wahai api…! Jadi dinginlah engkau dan
selamatkanlah Ibrahim…!” (Q.S. 21, Al-Anbiya: 69).
Allah memberi pertolongan kepada orang yang sabat
bersama-Nya di dunia tanpa batas, sementara di akhirat pula ia akan dianugerahi
kenikmatan tanpa batas, sesuai dengan firman-Nya yang terjemahannya:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang
dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Q.S. 39 Az-Zumar: 10).
Tiadalah samar bagi Allah, segala sesuatu yang
ditanggung oleh orang-orang yang menanggung karena-Nya. Bersabarlah seketika
bersama-Nya, sementara kamu telah melihat kelemah-lembutan-Nya dan Dia telah
memberikan kenikmatan-Nya bertahun-tahun. Keberanian adalah sabar seketika.
Allah ta’ala berfirman yang terjemahannya adalah:
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Q.S. 2 Al-Baqarah: 153, 8
Al-Anfaal: 46).
Dengan pertolongan dan harapan, bersabarlah
bersama-Nya. Ingatlah kepada-Nya dan janganlah kamu lalai daripada mengingat-Nya.
Janganlah kamu sadar sesudah mati, karena kesadaran ketika itu sudah tak
bermanfaat lagi bagi kamu. Tetapi ingatlah kepada-Nya sebelum datangnya
kematian. Ingatlah kamu sebelum diberi peringatan, bahwa sudah tiada lagi
perintah bagimu, sehingga kamu menyesal di saat penyesalan tiada berguna lagi
bagi kamu. Perbaikilah hati kamu, karena apabila hati itu sudah baik, maka akan
baik pulalah seluruh keadaanmu. Sehubungan dengan itu Rasulullah SAW, bersabda:
“Sesungguhnya di dalam jasad anak Adam itu ada segumpal
daging. Apabila daging itu baik maka baiklah seluruh jasadnya, apabila daging
itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah! Dia adalah hati…! [Buku
asal tidak menyebutkan sanda dan perawinya. Bagaimanapun hadits ini adalah
hadits yang sudah masyhur di kalangan Umat Islam, ia diriwayatkan oleh Bukhari
dalam Kitab Shahih beliau.]
Memperbaiki hati itu hanya dapat dilakukan dengan
takwa, tawakkal kepada-Nya, mengesakan-Nya dan berlaku ikhlas dalam setiap amal
yang dilakukan semata-mata karena-Nya. Tanpa sikap-sikap yang disebutkan ini,
maka hati akan rusak. Hati adalah bagaikan burung di dalam sangkar, atau
bagaikan berlian di dalam ikatannya, atau bagaikan harta yang tersimpan dengan
sempurna di dalam lemari. Adapun yang diperhitungkan di sini adalah burungnya,
bukan sangkarnya. Berliannya, bukan pengikatnya. Hartanya, bukan lemarinya.
Bayangkanlah seekor burung tanpa sangkar, sebentuk berlian tanpa ikatan atau
setumpuk harta tanpa tempat menyimpannya.
Ya Allah…! Sibukkanlah anggota tubuh kami dengan
ketaatan kepada-Mu, dan hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Sibukkanlah
sepanjang hayat kami, siang dan malam kami, pertemukanlah kami dengan
orang-orang shaleh yang sudah mendahului kami. Berilah kami rezeki sebagaimana
rezeki yang Engkau karuniakan kepada mereka. Datangkanlah kepada kami
sebagaimana yang Engkau datangkan kepada mereka. Amin…!
Wahai kaumku…! Lakukanlah kepada Allah, sebagaimana
yang dilakukan oleh orang-orang shaleh kepada-Nya, sehingga Allah pula
melakukan kepada-Mu sebagaimana yang telah dilakukan-Nya kepada mereka.
Jika kamu mengharapkan agar Allah SWT senantiasa
memandang kepadamu, maka sibukkanlah dirimu dengan melakukan ketaatan
kepada-Nya, bersabar bersama-Nya, ridha dengan semua ketentuan-Nya terhadap
dirimu dan orang-orang selain kamu. Suatu kaum yang menjauhkan diri dari dunia
dan mengambil bahagian mereka di dunia dengan jalan taqwa serta beramal shaleh.
Kemudian mereka bermohon untuk kehidupan akhirat dan beramal dengan
amalan-amalan akhirat, mereka melawan dorongan nafsu mereka dan mentaati Allah,
menasehati diri mereka sendiri dan kemudian memberi bimbingan pula kepada orang
lain. [TF]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar