Kamis, 07 November 2013

Tundukkan Nafsumu sebelum engkau ditundukkannya


Berpaling daripada Allah SWT ketika turunnya hukum-hukum-Nya, berarti matinya agama, binasanya tauhid, musnahnya keridhaan dan keikhlasan. Sedangkan hati orang mukmin tidak mengetahui, mengapa dan bagaimana hendak melayan dorongan nafsunya. Bahkan ia berkata: “Benar…! Semua nafsu itu mesti dilawan, ditentang dan dimusuhi.”
Yang demikian, barangsiapa yang ingin memperbaiki dirinya, maka hendaklah dia berlatih untuk memerangi nafsunya, sehingga dirinya bebas daripada cengkraman kejahatan dan pengaruh nafsu. Karena seluruh nafsu itu mengajak kepada kejahatan.
Apabila kamu mampu menggembleng dan menundukkan nafsumu, maka seluruh nafsu itu akan menjadi baik, yakni kebaikan yang berada di dalam kebaikan. Sehingga jadilah ia mengikuti semua ketaatan dan meninggalkan semua kejahatan dan kedurhakaan. Dalam keadaan yang demikian, maka diucapkan baginya firman Allah Surah Al fajr ayat 27 sampai ayat 30, yang terjemahannya:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Q.S. Al-Fajr: 27-30).
Dengan demikian, maka sudah pastilah ketaqwaannya, dan hilang daripadanya segala keburukan, serta tiada ketergantungan kepada makhluk. Hal ini telah berlaku kepada Nabi Sulaiman Khalilullah, baginda telah terlepas daripada kungkungan nafsunya dan baginda hidup dengan tenang, bebas daripada pengaruh nafsu yang senantiasa mendorong manusia kepada melakukan kejahatan.
Ketika jiwanya telah tenang, berdatangan kepadanya berbagai jenis makhluk yang menawarkan bantuan dan pertolongan. Ketika itu baginda menjawab: “Aku tidak memerlukan pertolongan kamu sekalian. Dia (Allah) mengetahui keadaanku dan memenuhi segala permohonanku.”
Karena penyerahan dn ketaqwaan baginda yang tidak berbelah bagi itu, maka Allah berfirman kepada api, firman-Nya yang terjemahannya:
“Berkata Kami. Wahai api…! Jadi dinginlah engkau dan selamatkanlah Ibrahim…!” (Q.S. 21, Al-Anbiya: 69).
Allah memberi pertolongan kepada orang yang sabat bersama-Nya di dunia tanpa batas, sementara di akhirat pula ia akan dianugerahi kenikmatan tanpa batas, sesuai dengan firman-Nya yang terjemahannya:
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Q.S. 39 Az-Zumar: 10).
Tiadalah samar bagi Allah, segala sesuatu yang ditanggung oleh orang-orang yang menanggung karena-Nya. Bersabarlah seketika bersama-Nya, sementara kamu telah melihat kelemah-lembutan-Nya dan Dia telah memberikan kenikmatan-Nya bertahun-tahun. Keberanian adalah sabar seketika. Allah ta’ala berfirman yang terjemahannya adalah:
“Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Q.S. 2 Al-Baqarah: 153, 8 Al-Anfaal: 46).
Dengan pertolongan dan harapan, bersabarlah bersama-Nya. Ingatlah kepada-Nya dan janganlah kamu lalai daripada mengingat-Nya. Janganlah kamu sadar sesudah mati, karena kesadaran ketika itu sudah tak bermanfaat lagi bagi kamu. Tetapi ingatlah kepada-Nya sebelum datangnya kematian. Ingatlah kamu sebelum diberi peringatan, bahwa sudah tiada lagi perintah bagimu, sehingga kamu menyesal di saat penyesalan tiada berguna lagi bagi kamu. Perbaikilah hati kamu, karena apabila hati itu sudah baik, maka akan baik pulalah seluruh keadaanmu. Sehubungan dengan itu Rasulullah SAW, bersabda:
“Sesungguhnya di dalam jasad anak Adam itu ada segumpal daging. Apabila daging itu baik maka baiklah seluruh jasadnya, apabila daging itu rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah! Dia adalah hati…! [Buku asal tidak menyebutkan sanda dan perawinya. Bagaimanapun hadits ini adalah hadits yang sudah masyhur di kalangan Umat Islam, ia diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Shahih beliau.]
Memperbaiki hati itu hanya dapat dilakukan dengan takwa, tawakkal kepada-Nya, mengesakan-Nya dan berlaku ikhlas dalam setiap amal yang dilakukan semata-mata karena-Nya. Tanpa sikap-sikap yang disebutkan ini, maka hati akan rusak. Hati adalah bagaikan burung di dalam sangkar, atau bagaikan berlian di dalam ikatannya, atau bagaikan harta yang tersimpan dengan sempurna di dalam lemari. Adapun yang diperhitungkan di sini adalah burungnya, bukan sangkarnya. Berliannya, bukan pengikatnya. Hartanya, bukan lemarinya. Bayangkanlah seekor burung tanpa sangkar, sebentuk berlian tanpa ikatan atau setumpuk harta tanpa tempat menyimpannya.
Ya Allah…! Sibukkanlah anggota tubuh kami dengan ketaatan kepada-Mu, dan hati kami dengan ma’rifat kepada-Mu. Sibukkanlah sepanjang hayat kami, siang dan malam kami, pertemukanlah kami dengan orang-orang shaleh yang sudah mendahului kami. Berilah kami rezeki sebagaimana rezeki yang Engkau karuniakan kepada mereka. Datangkanlah kepada kami sebagaimana yang Engkau datangkan kepada mereka. Amin…!
Wahai kaumku…! Lakukanlah kepada Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang shaleh kepada-Nya, sehingga Allah pula melakukan kepada-Mu sebagaimana yang telah dilakukan-Nya kepada mereka.
Jika kamu mengharapkan agar Allah SWT senantiasa memandang kepadamu, maka sibukkanlah dirimu dengan melakukan ketaatan kepada-Nya, bersabar bersama-Nya, ridha dengan semua ketentuan-Nya terhadap dirimu dan orang-orang selain kamu. Suatu kaum yang menjauhkan diri dari dunia dan mengambil bahagian mereka di dunia dengan jalan taqwa serta beramal shaleh. Kemudian mereka bermohon untuk kehidupan akhirat dan beramal dengan amalan-amalan akhirat, mereka melawan dorongan nafsu mereka dan mentaati Allah, menasehati diri mereka sendiri dan kemudian memberi bimbingan pula kepada orang lain. [TF]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar