“Orang yang mampu menjadi pempimin, harus tidak hasud,
suka mengalah, dan ikhlas”
Begitulah dawuh Kiai As’ad kepada para santrinya.
Sikap tidak hasud, suka mengalah, dan ikhlas termasuk sikap yang harus dimiliki
santri. Kesederhanaan, kemandirian dan keikhlasan perlu dijadikan ruh
pendidikan dalam suatu rumusan kontekstual yang sesuai dengan perkembangan dan
perubahan kehidupan yang terus berjalan. Dengan demikian, kesederhanaan akan
menemukan tempatnya pada pengembangan dan efektifitas lembaga pesantren.
Kemandirian akan diarahkan pada pembentukan mentalitas santri yang betul-betul
terlepas dari ketergantungan yang ada selama ini. Sementara keikhlasan akan dikonkretkan
kedalam bentuk pengembangan prestasi.
Pembacaan kembali terhadap Turats berimplikasi
secara langsung terhadap urgensi pengembangan wacana baru. Hal ini dimungkinkan
terjadi, sebab, nilai-nilai diatas menuntut kearifan pesantren untuk selalu
menyikapi perubahan dan meletakkannya sebagai suatu keniscayaan yang harus di
jalani. Pesantren dan masyarakat sekitarnya akan dapat mengetahui kebutuhannya
secara riil serta akan selalu mengembangkan dirinya melalui usaha keras untuk
mendapatkan wawasan dan ilmu seluas-luasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar