Usia
tiga tahun pertama merupakan saat paling tepat mengembangkan kecerdasan anak-anak.
Masa itu seyogianya diisi orang tua dengan memberikan pendidikan formal dan
nonformal. Anak yang terlahir dari rahim seorang ibu bak sehelai kertas putih
yang bersih dan polos. Orang
tua dan lingkungan di sekitarnyalah yang akan membentuk “kertas” itu menjadi
berwarna dengan cara menuliskan sesuatu di atas kertas itu, menggambar bentuk,
atau bahkan ada yang meremasnya menjadi tidak berarti.
Begitu
pula halnya anak, baik atau buruknya anak, tergali atau tidak bakat si anak,
sangat dipengaruhi oleh peran orang tua serta lingkungan sekitar. Proses
interaksi antara orang tua dan anak serta antara anak dengan lingkungan
dipandang penting demi membentuk karakter anak yang positif.
Sebagai
salah satu bentuk interaksi antara anak dan lingkungan bisa dilakukan dengan
cara menyekolahkan anak sedini mungkin. Ada beragam tujuan orang tua
menyekolahkan anakanak mereka pada usia dini, antara lain mengisi waktu luang anak
dan menjadikan anak cerdas.
Tidak
dimungkiri, memberikan pendidikan pada anak sedini mungkin akan merangsang
perkembangan otak anak. Anak adalah pribadi yang unik dan tidak bisa dibandingkan
satu dengan yang lainnya.
Oleh
sebab itu, untuk menjadikan anak unggul dan cerdas bisa dilakukan dengan
memberi pendidikan sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Semua
anak akan berkembang untuk tumbuh dan belajar setiap hari dengan cara mereka
sendiri yang nyaman dan menyenangkan.
Menurut
Soedjatmiko, dokter spesialis anak dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM),
Jakarta Pusat, masa tiga tahun pertama anak-anak berusia di bawah lima tahun
(balita) merupakan masa-masa emas pertumbuhan otak atau disebut juga dengan golden
years period.
“Jika sewaktu lahir otak balita sudah sebesar 25 persen dari otak orang dewasa, yaitu sekitar 350 gram, maka pada usia 18 bulan otak anak berkembang dua kali lipatnya,” jelas Soedjatmiko. Kemampuan otak anak memang tergolong luar biasa.
“Jika sewaktu lahir otak balita sudah sebesar 25 persen dari otak orang dewasa, yaitu sekitar 350 gram, maka pada usia 18 bulan otak anak berkembang dua kali lipatnya,” jelas Soedjatmiko. Kemampuan otak anak memang tergolong luar biasa.
Hingga
usia 6 tahun, besarnya otak anak sudah mencapai 90 persen ukuran otak orang
dewasa. Anak benar-benar berada dalam masa emas untuk mengembangkan
kecerdasannya. Oleh karena itu, Seodjatmiko menyarankan agar para orang tua
mengajari anak-anak mereka dan memberi pendidikan sedini mungkin agar sel-sel
otak anak-anak itu berkembang optimal. Balita Cerdas Tidak selamanya pendidikan
yang dimaksud Soedjatmiko adalah pendidikan formal.
Pendidikan
nonformal yang diberikan di rumah pun bisa mengembangkan kecerdasan anak. Di
rumah orang tua bisa memberi rangsangan pada semua sistem indra balita
(pendengaran, penglihatan, perabaan, penciuman, dan pengecapan), gerak kasar
dan halus kaki, tangan, serta jari-jari.
Selain
itu, orang tua juga hendaknya mengajak anak berkomunikasi, merangsang pikiran
dan perasaan si kecil dengan suasana bermain yang menyenangkan dan penuh kasih
sayang.“Orang tua yang cerdas tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas
ini. Mereka akan memberikan stimulasi optimal,” kata Soedjatmiko.
Berdasarkan
hasil penelitian, sekitar 50 persen kapabilitas kecerdasan orang dewasa telah
terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Ketika menginjak usia 8 tahun,
kecerdasannya telah mencapai 80 persen orang dewasa. Adapun titik kulminasi
kecerdasan anak ketika berumur sekitar 18 tahun.
Hal
tersebut dapat diartikan bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu
empat tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun
waktu 14 tahun berikutnya.
Karenanya
periode emas bisa dikatakan sebagai periode kritis bagi anak dan perkembangan
yang terjadi pada periode itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan periode
berikutnya hingga masa dewasa. Pada masa keemasannya, perkembangan kemampuan
belajar anak memang sangat pesat, baik secara fisiologis, psikis, maupun sosial
anak-anak mengalami lompatan kemajuan luar biasa.
Tidak
heran apabila mereka sangat potensial dalam mempelajari berbagai hal. Pada masa
itu pula tidak kurang dari 100 miliar sel otak siap distimulasi agar kecerdasan
anak dapat berkembang secara optimal.
Biasanya
pada rentang waktu itu anak lebih banyak melihat apa yang terjadi di sekitarnya
dalam kehidupan sehari-hari. Meniru adalah salah satu proses belajar yang
paling dominan yang dilakukan para balita. Berbagai kegiatan yang bermanfaat
hendaknya banyak dilakukan pada periode emas itu. Tujuannya agar rentang waktu
itu tidak terlewati dengan sia-sia. Salah satu kegiatan yang bisa dilakukan
ialah bermain sembari belajar. Melalui pelbagai permainan secara tidak langsung
anak pun akan menyerap pelajaran. Selain itu, bermain juga merupakan proses
menggali potensi diri anak yang belum terlihat.
Bisa
dikatakan bermain termasuk salah satu metode sederhana untuk merangsang bakat
terpendam anak serta kemampuan bersosialisasi dengan orang lain dan lingkungan.
Menurut psikolog anak Novita Tandry, memberi pendidikan usia dini pada anak
sangat penting. Anak-anak berhak mendapatkan sarana pendidikan yang nyaman,
penuh kasih sayang, serta lingkungan yang mendukung.
“Pendidikan
usia dini penting karena banyak manfaat positif yang bisa diperoleh anak,” ujar
psikolog yang juga pemilik Tumble Tots Indonesia itu. Dia menyatakan program
pendidikan untuk anak usia prasekolah, yakni mulai usia enam bulan sampai tujuh
tahun umumnya dirancang untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak
melalui aktivitas ketangkasan, keseimbangan, koordinasi dalam lingkungan yang
aman, positif, dan penuh kasih sayang. “Banyak orang tua yang menganggap bahwa
pendidikan anak usia dini tidak begitu penting, padahal 70 persen pembentukan
karakter manusia itu dimulai dari usia nol hingga tiga tahun,” terang Novita.
Lebih
jauh, dia memaparkan ketika anak mencoba sesuatu dengan memasuki dunia baru,
tetapi kemudian gagal, maka sebaiknya orang tua tidak boleh mengkritiknya.
Apabila hal itu dilakukan niscaya si kecil akan takut untuk mencoba kembali. Novita
mengingatkan bahwa pemberian pendidikan bagi anak sejak dini kepada anak bukan
berarti membuatnya menjadi stres, justru harus menghindarkan anak dari stres.
Oleh karena itu, selalu lakukan dengan cara yang menyenangkan,” pesannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar