Rabu, 27 November 2013

Pemurtadan Di Indonesia




بسم الله الرحمن الرحيم
اَلحَمْدُ لله الذى هَدَانَا اِلَى العَقِيْدَة المَحْمُودَة, وَهِيَ عَقِيدَةُ سَلَفِنَا الصَّالِحْ اَلمَعْرُوفَة بِعَقِيدَةْ أَهْل السُّنَّة وَ الجَمَاعَةْ. واْلصَّلاة والسلام عَلَى سَيِّدِ الاَوَّلِين والاَخِرِين، المَبْعُوثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينْ، بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا وَدَاعِيًا اِلَى الله بِاِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًا، اَلَّذِى تَرَكَنَا عَلَى المَحَجَّةِ البَيْضَاءْ، لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا، لاَ يَضِلُّ سَالِكُهَا وَلاَ يَهْتَدِى تَارِكُهَا، وَعَلَى اَلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِين، اَلذِينَ أذهَبَ الله عَنهُمُ الرِجْسَ وطَهَّرَهُم تَطْهِيرًا، وَالَّذِينَ وَصَفَهُم  نَبِيُّهُمْ  بِسَفينَةِ نُوح، مَن رَكِبَها نَجَا ومَن تَخَلّفَ عَنْهَا غَرِق، وَعَلَى أصْحَابِهِ الرُّحَمَاء بَينَهُم، ألاشِدَّاء عَلَى الكُفار، اَلذِينَ بَشَّرَهُم رَبُّهُم بالحُسْنَى، رَضِىَ الله عَنهُمْ وَ رَضُوا عَنه. ذَلِكَ فَضْلُ الله يُؤتِيهِ مَنْ يَشَاء والله ذُو الفَضْلِ العَظِيمْ.
Hadirin yang berbahagia.
Pagi hari ini kita berkumpul ditempat yang mulia ini dalam rangka mengkaji satu aliran yang sedang dikembangkan di Indonesia. Satu aliran yang ajaran ajarannya sangat meresahkan Muslimin. Satu aliran yang akibat dari ajaran ajarannya telah merusak persatuan dan kesatuan Muslimin. Sehingga mengganggu stabilitas keamanan yang telah diciptakan oleh pemerintah. Yaitu aliran Syiah, lengkapnya Syiah Imamiyyah Itsna'asyariyyah atau Syiah Ja’fariyyah atau Syiah Khumainiyyah yang  menggunakan nama samaran Madzhab Ahlul Bait.
Hadirin yang berbahagia.
Makalah saya ini saya awali dengan apa yang sedang terjadi di Indonesia. Bahaya apa yang sedang mengancam Indonesia, yang apabila tidak cepat cepat kita atasi, dan aparat tidak cepat cepat turun tangan, maka apa yang terjadi di Iraq, di Pakistan dan di Timur Tengah lainnya, yaitu saling bunuh antara Ahlussunnah dengan Syiah akan terjadi di Indonesia.
Hadirin yang berbahagia.
Indonesia adalah bumi Ahlussunnah Wal Jamaah, meskipun Muslimin Indonesia terpecah dalam berbagai organisasi Islam, seperti NU, Muhamadiyyah, Rabithoh Alawiyah, Al-Irsyad dll, namun mereka adalah keluarga besar Ahlussunnah Wal Jamaah. Dimana Ahlussunnah berpegang dengan apa apa yang dikerjakan oleh Rosululloh SAW bersama Sahabat Sahabatnya.

Tapi bukan rahasia lagi bahwa saat ini di Indonesia sedang terjadi pemurtadan besar besaran. Baik pemurtadan dari agama Islam ke agama lain maupun pemurtadan dari agama Islam ke aliran aliran sesat.
Sebagaimana kita ketahui saat ini di Indonesia sedang dikembangkan berbagai aliran sesat. Berbagai usaha mereka lakukan dalam usaha mereka merubah keyakinan dan iman Muslimin Indonesia, yang sejak dahulu dikenal beraqidah Ahlussunnah Wal Jamaah.
Tokoh tokoh mereka aktif menyebarkan fahamnya. Siang malam mereka bekerja, segala cara mereka tempuh dan bermilyar-milyar dolar mereka keluarkan dalam pemurtadan ini.
Indonesia mereka pandang merupakan lahan subur untuk mengembangkan aliran alirannya. Berbagai usaha mereka lakukan dalam usaha mereka menyesatkan Muslimin Indonesia.

 Berbagai aliran sesat yang masuk ke Indonesia atau masuk kebumi Ahlussunnah Wal Jamaah itu datang dari berbagai negara.
Dari Amerika masuk JIL (Jaringan Islam Liberal), Tokoh tokoh kita dicuci otaknya, sehingga mereka mempunyai faham yang berbeda dengan apa yang selama ini difahami oleh ulama ulama kita. Ajarannya jelas sesat dan menyesatkan, karena bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Itulah sebabnya mereka kita tolak.

Kemudian dari India masuk aliran Ahmadiyah, ajarannya juga sesat dan menyesatkan, karena mereka berkeyakinan bahwa setelah Nabi Muhammad SAW masih ada Ghulam Ahmad yang mereka yakini sebagai Nabi. Padahal Alloh telah berfirman:
مَاكَانَ مُحَمَّدٌ اَبَا اَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينْ  ....   (الأحزاب : 40  )
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantarai kalian, tapi dia adalah utusan Alloh dan nabi terakhir  ...                                  (Al Ahzab : 40)                                                                                
Dalam ayat ini Alloh menekankan bahwa Sayyidina Muhammad adalah Nabi terakhir. Karenanya mereka juga kita tolak, sebab ajarannya bertentangan dengan Al-Qur'an dan Hadits.

Begitu pula dari Timur Tengah, yaitu satu kelompok manusia yang karena keterbatasan ilmunya, mereka mengkafirkan mayoritas Muslimin Indonesia, dengan alasan karena Muslimin Indonesia tersebut suka membaca kitab Maulid yang berisi biografi atau sejarah Rosululloh SAW. Mereka itu sedikit sedikit Syirik, Bid’ah, Syirik, Bid’ah. Sampai sampai merayakan hari kelahiran Rosululloh SAW dikatakan Bid’ah. Tidakkah mereka tahu bahwa orang yang pertama kali merayakan atau memperingati hari kelahiran Rosululloh SAW adalah Shohiburrisalah Wannubuwwah itu sendiri, dimana ketika ditanyakan kepada beliau mengenai sebab beliau berpuasa pada hari senin, maka beliau menjawab, aku berpuasa pada hari senin dikarnakan pada hari seninlah aku dilahirkan.
Dengan demikian yang dilakukan oleh Muslimin, yaitu memperingati hari kelahiran Rosululloh SAW adalah merupakan Sunnah Nabi besar Muhammad SAW. Karenanya mereka juga kita tolak, sebab ajarannya juga sesat dan menyesatkan.

Kemudian dari Iran yaitu aliran Syiah Imamiyyah Itsna’asyariyyah. Ajarannya juga sesat dan menyesatkan karena ajarannya bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Karenanya mereka juga kita tolak. Sebab ajarannya sesat dan menyesatkan.

Namun dari sekian banyak aliran sesat yang masuk ke Indonesia yang paling berbahaya bagi agama, bangsa dan negara kita adalah aliran Syiah. Hal mana karena aliran ini disamping ajarannya bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits, aliran ini didukung satu negara yang kaya.
Tokoh tokoh kita mereka dekati. Ada yang didatangi dan ada yang diundang ke Iran. Di Iran mereka di tamasyakan melihat keberhasilan Revolusi Syiah (versi Syiah) Yang perlu dana mereka bantu, baik untuk organisasinya maupun untuk pribadinya. Hampir semua organisasi Islam di Indonesia mereka bantu.
Tapi mereka (tokoh tokoh kita) di Iran tidak diberi tahu berapa banyak Ulama Ahlussunnah di Iran yang dibunuh oleh Rezim Khumaini (penguasa Iran), dan berapa banyak Ulama Ahlussunnah di Iran yang sampai sekarang mendekam dipenjara penjara di Iran. Kemudian berapa banyak Masjid dan Madrasah milik Ahlussunnah di Iran yang dibongkar. Bahkan dibeberapa kota di Iran Ahlussunnah dilarang membangun Masjid.
Mana hak dan suara Ahlussunnah di Iran ?. Padahal jumlah mereka lebih kurang dua puluh juta atau sepertiga dari penduduk Iran. Namun mereka sangat tertekan dan Madh’luumiin.
Itulah sikap Pemerintah Iran dan Ulamanya terhadap Ahlussunnah Wal Jamaah di Iran.

Kemudian ulama ulama Syiah itu datang ke Indonesia, ke bumi Ahlussunnah dan mengajak Ukhuwwah Islamiyah dengan Ahlussunnah di Indonesia.
Jika pemerintah Iran dan ulama ulama Syiah itu dengan sungguh sungguh dan tulus ingin melakukan Ukhuwwah Islamiyyah dengan Ahlussunnah, mengapa mereka tidak ber-Ukhuwwah Islamiyah dengan Ahlussunnah yang ada di Iran.
Sungguh aneh sekali, di Iran Ahlussunnah di Dholimi dan dimusuhi, tapi mereka datang kebumi Ahlussunnah mengajak Ukhuwwah Islamiyyah.
.
Memang Ukhuwwah Islamiyyah itu sesuatu yang bagus dan bisa dilakukan, apabila dilakukan antara sesama Islamnya. Misalnya antara Nahdlatul Ulama dengan Muhamadiyyah, atau antara yang bermadzhab Syafe’i dengan yang bermadzhab Maliki, sebab perbedaan mereka hanya dalam Furu’. Tapi Ahlussunnah dengan Syiah perbedaannya disamping dalam Furu’ juga dalam Ushul, dimana Rukun Iman Syiah berbeda dengan Rukun Iman Ahlussunnah. Begitu pula Rukun Islam Syiah berbeda dengan Rukun Islam Ahlussunnah.
Karenanya para Ulama mengatakan bahwa Syiah adalah agama tersendiri yang tidak ada hubungannya dengan Islam dan Muslimin.

Kemudian mengapa yang dikirim ke Indonesia bukan ulama ulama Sunni dari Iran, dan mengapa justru ulama ulama Syiah yang dikirim. Padahal Indonesia adalah bumi Ahlussunnah Wal Jamaah. Apakah ditakutkan mereka akan membuka keadaan Ahlussunnah di Iran. Dimana mereka sangat Madhluumiin

Beasiswa untuk belajar ke Iran mereka berikan. Dasar kita suka berebut Beasiswa, maka tanpa memikirkan akibatnya kita kirim pemuda pemuda kita ke Iran. Mereka berangkat dari Indonesia dalam keadaan Islam, tapi setelah dua empat tahun belajar di Iran, mereka pulang ke Indonesia dalam keadaan Murtad, karena sudah pindah ke aqidah Syiah.
Sekarang ini yang sedang belajar di Iran jumlahnya ratusan. Sedang yang sudah pulang jumlahnya lebih banyak, mereka tersebar di seluruh Indonesia. Mereka masuk ke ormas ormas Islam dan masuk ke partai partai politik di Indonesia.
Itulah Syiahisasi yang sedang terjadi di Indonesia.


Yang menjadi rintangan bagi Ahlussunnah di Indonesia dalam menghadapi golongan Syiah adalah sikap tokoh tokoh ormas Islam di Indonesia yang sudah ditamasyakan dan dicuci otaknya di Iran. Mereka itulah yang suka bekerja sama dan membela Syiah di Indonesia. Padahal yang menjadi korban pemurtadan tersebut adalah warga mereka.

Hadirin yang berbahagia.
Jika ada yang bertanya Apakah tidak bisa diadakan Taqrib atau pendeketan antara Ahlussunnah dengan Syiah?.
Pertama kita harus tahu bahwa Taqrib atau pendeketan antara Ahlussunnah dengan Syiah itu adalah projeknya Syiah di negara dimana Syiah di negara itu minoritas. Tapi di negara dimana golongan Syiah mayoritas, seperti di Iran, maka mereka tidak mau mengadakan Taqrib.
Perlu difahami bahwa Taqrib atau pendeketan antara Ahlussunnah dengan Syiah itu sesuatu yang Mukhaal yang tidak bisa diwujudkan, sebab perbedaan antara Ahlussunnah dengan Syiah disamping dalam Furu’ juga dalam Ushul. Dimana Rukun Iman Syiah berbeda dengan Rukun Iman kita Muslimin. Begitu pula Rukun Islam Syiah berbeda dengan Rukun Islam kita Muslimin.
Oleh karena Rukun Imannya berbeda, maka konsekwensinya, mereka Syiah mengkafirkan kita Ahlussunnah (Muslimin) dan sebaliknya kita Ahlussunnah juga mengkafirkan Syiah.
Itulah sebabnya tidak bisa diadakan Tagrib antara Ahlussunnah dengan Syiah. Disamping itu masih banyak alasan, seperti sikap Syiah terhadap Ahlussunnah.

Hadirin yang berbahagia.
Ada yang bertanya: Apakah Syiah itu Islam apa Kafir ?.
Seseorang jika mengatakan Syiah itu Islam atau Syiah itu Kafir, harus mempunyai alasan. Sebab satu aliran akan dikatakan Islam apabila ajarannya sesuai dan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Begitu pula satu aliran akan dikatakan Kafir, apabila ajarannya bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits. Sekarang kita lihat ajaran Syiah, bertentangan dengan Al-Qur’an apa tidak bertentangan?
Ternyata setelah kita pelajari banyak ajaran Syiah yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits, seperti sikap mereka terhadap para Sahabat, sikap mereka terhadap istri istri Rosululloh SAW serta keyakinan mereka terhadap Al-Quran.
Sebagai contoh, bahwa Syiah berkeyakinan bahwa para Sahabat setelah Rosululloh SAW wafat, mereka menjadi Murtad dan tinggal beberapa orang saja yang masih Islam.
Muhammad bin Ya’qub Al-Kulaini (ulama Syiah) menyebutkan dalam kitabnya Alkafi :
كَانَ النَّاسُ اَهْلَ الرِّدَّة بَعْدَ النَّبِىِّ اِلآَ ثَلاَثَةٌ : اَلْمِقْدَادْ اِبْنُ الأ سْوَدْ,  وَأَبُوْ ذَرٍّ اَلْغِفَارِى,  وَسَلْمَانْ  اَلْفَارِسِى. ( الكافى 8   ص 245 )
Para Sahabat setelah Rasulullah SAW wafat menjadi murtad (keluar dari Islam) terkecuali tiga orang : Al Migdad, Abu Dhar Al Ghifari dan Salman Al Farisi.         (Al Kafi : 8 / 245 )
      
Padahal Alloh telah menurunkan beberapa ayat dalam surat At Taubah :100, Al Anfal :74,  Al fath :18, yang isinya Alloh memuji dan mencintai para Sahabat serta Alloh ridho kepada mereka dan mereka ridho kepada Alloh.
Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Syiah bertentangan dengan Al-Qur’an. Jelasnya mereka menolak Kalamulloh. Sedang orang yang menolak Kalamulloh tidak diragukan kekufurannya.

Begitu pula orang orang Syiah mengatakan bahwa Siti Aisyah ra istri Rosululloh SAW itu telah berbuat serong, padahal Alloh dalam surat An-Nur telah memuji Siti Aisyah dan menolak tuduhan orang orang yang mengatakan bahwa Siti Aisyah ra telah berbuat serong.
Hal ini menunjukkan bahwa ajaran Syiah bertentangan dengan Al-Qur’an. Jelasnya mereka menolak Kalamulloh. Sedang orang yang menolak Kalamulloh tidak diragukan kekufurannya.

Kemudian orang orang Syiah juga berkeyakinan bahwa Al-Qur’an yang ada dan dibaca oleh Muslimin sekarang ini sudah tidak orisinil lagi (Mukharrof). Artinya tidak sesuai dengan yang diturunkan kepada Rasululloh SAW.
Para ulama Syiah telah menuduh tokoh tokoh Sahabat, seperti Sayyidina Abubakar ra, Sayyidina Umar ra, Sayyidina Utsman ra dan para Sahabat yang lain telah merubah Al-Qur’an.
Padahal Alloh telah berfirman:
اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِنَّا لَهُ لَحَافِظُوْنْ   (الحجر : 9 )
 “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya”.  

Oleh karena itu ulama ulama Ahlussunnah sepakat bahwa apabila ada orang yang mengatakan bahwa Al-Qur’an yang ada sekarang ini tidak orisinil atau sudah dirubah (Mukharrof), maka orang tersebut dianggap telah menolak Kalamullah (Al-Qur'an) dan orang yang menolak Kalamullah, maka dia telah keluar dari Islam (Kafir).

Sebagai contoh:
Seorang ulama Syiah M.Y.Al Kulaini dalam kitab Alkafi menerangkan :
قال اَبُوْ عَبْدِ الله عليه السلام: اِنَّ القُرْاَنَ الذِى جَاءَ بِهِ جِبْرِيلْ عليه السَّلام اِلَى محمد صلى الله عليه واله سَبْعَةَ عَشَر اَلْف اَيَةْ.  ( الكافى 2 : 634 )
Berkata Abu Abdillah as: Al Qur'an yang dibawa Jibril as. kepada Muhamad SAW, adalah tujuh belas ribu ayat.                                                  (Alkafi jus 2 halaman 634).

Sedang contoh ayat yang masih asli, maka dalam kitab Alkafi disebutkan, bahwa ketika Abu Abdillah as menerangkan mengenai ayat ke 70 dari surat Al Ahzab,  beliau berkata :

وَمَنْ يُطِعِ الله ورسوله فِى وِلاَيَةِ عَلِي وَوِلاَيَةِ الأَئِمَّةْ مِنْ بَعْدِهِ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا. هَكَذَا نَزَلَتْ (الكافى 1 : 414 )
“Barang siapa taat kepada Alloh dan Rosulnya dalam kewalian Ali dan para Imam sesudahnya, maka sesungguhnya dia memperoleh kemenangan yang besar, demikian ayat ini ketika diturunkan”.                                             (Alkafi, kitabul hujjah jus 1 halaman 414).

Disamping itu masih banyak ajaran Syiah yang membuat mereka keluar dari Islam, seperti keyakinan mereka yang mendudukkan Imam Imam mereka diatas para Rosul.
Dalam hal ini Khumaini dalam kitabnya Al-Khukumah Al-Islamiyah halaman 52 berkata :
اِنّ مِنْ ضَرُوْرِيّاتِ مَذهَبِنَا أنّ لأئِمَتِنَا مَقَامًا لاَ يَبْلُغُهُ مَلكٌ مُقرّب ولاَ نَبِيّ مُرْسَل.( الحكومة الاسلامية: 52)
 “Salah satu prinsip aliran kita adalah, sesungguhnya imam-imam kami mempunyai kedudukan (martabat), yang tidak dapat dicapai oleh para malaikat Mugarrob (tersekat) maupun oleh Nabi-nabi yang diutus (para Rasul)”.

Demikian beberapa contoh ajaran Syiah yang membuat para ulama dengan tegas menghukum Syiah telah keluar dari Islam (Kafir).

Makalah Habib Achmad Bin Zein Alkaf, dalam pelatihan aswaja oleh Ash Shofwah Al Malikiyah di Tulungagung, 21 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar