Kajian Kitab Mafahim Yajibu An Tushahhah
Karja: Dr. Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki Al-Hasani
Ketahuilah bahwa membenci, memboikot dan
berseberangan dengan kaum muslimin adalah haram, memaki orang Islam adalah
tindakan fasiq dan memeranginya adalah tindakan kufur jika menilai tindakan
tersebut adalah halal.
Kisah mengenai Khalid ibn Walid bersama
pasukannya ketika menuju Bani Jadzimah untuk mengajak mereka masuk Islam cukup
digunakan untuk menolak pemahaman harfiah (literal) dari judul di atas. Saat
Khalid tiba di tempat mereka, mereka menyambutnya. Lalu Khalid mengeluarkan
instruksi, “Peluklah agama Islam!”. “ Kami adalah kaum muslimin,” Jawab mereka.
“ Letakkan senjata kalian dan turunlah.” Lanjut Khalid. “Tidak, demi Allah.
Karena setelah senjata diletakkan pasti ada pembunuhan. Kami tidak bisa
mempercayai kamu dan orang-orang yang bersama kamu.” Jawab mereka kembali.
“Tidak ada perlindungan buat kalian kecuali jika kalian mau turun,” Kata
Khalid. Akhirnya sebagian kaum manuruti perintah Khalid dan sisanya tercerai
berai.
Dalam riwayat lain redaksinya sbb : Ketika Khalid
tiba bertemu mereka, mereka menyambutnya. Lalu Khalid bertanya, “Siapakah
kalian? Apakah kaum muslimin atau kaum kafir?”. “Kami adalah kaum muslimin yang
menjalankan sholat, membenarkan Muhammad, membangun masjid di tanah lapang kami
dan mengumandangkan adzan di dalamnya.” Jawab mereka. Dalam lafadz hadits,
mereka tidak bisa mengucapkan Aslamnaa , akhirnya mereka mengatakan Shoba’naa
Shoba’naa. “ Buat apa senjata yang kalian bawa?, tanya Khalid. “Ada
permusuhan antara kami dan sebuah kaum Arab. Oleh karena itu kami khawatir kalian
adalah mereka hingga kami pun membawa senjata.” Jawab mereka. “ Letakkan
senjata kalian!” Perintah Khalid. Mereka pun mengikuti perintah Khalid untuk
meletakkan senjata. “Menyerahlah kalian semua sebagai tawanan!” Lanjut Khalid.
Kemudian Khalid menyuruh sebagian dari kaum untuk mengikat sebagian yang lain
dan membagikan mereka kepada pasukannya. Ketika tiba waktu pagi, juru bicara
Khalid berteriak : “Siapapun yang memiliki tawanan bunuhlah ia!”. Maka Banu
Sulaim membunuh tawanan mereka. Namun kaum Muhajirin dan Anshor menolak
perintah ini. Mereka malah melepaskan para tawanan. Ketika tindakan Khalid ini
sampai kepada Nabi SAW, beliau berkata, “ Ya Allah, saya tidak bertanggung
jawab atas tindakan Khalid.” Beliau mengulang ucapan ini dua kali.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa Khalid mengira
mereka mengatakan Shoba’naa Shoba’naa dengan angkuh dan menolak tunduk
kepada Islam. Hanya saja yang disesalkan Rasulullah adalah ketergesa-gesaan dan
ketidak hati-hatiannya dalam menangani kasus ini sebelum mengatahui terlebih
dulu apa yang dimaksud dengan Shoba’naa Shoba’naa. Nabi SAW sendiri
pernah mengatakan, “ Sebaik-baik hamba Allah adalah saudara kabilah Qurays ;
Khalid ibn Walid, salah satu pedang Allah yang terhunus untuk menghancurkan
orang-orang kafir dan munafik”.
Persis seperti apa yang dialami Khalid adalah
peristiwa yang menimpa Usamah ibn Zaid kekasih dan putra kekasih Rasulullah SAW
berdasarkan hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dari Abi Dzibyan. Abi Dzibyan
berkata, “Saya mendengar Usamah ibn Zaid berkata, “Rasulullah SAW mengirim kami
ke desa Al-Huraqah. Kemudian kami menyerang mereka di waktu pagi dan berhasil
mengalahkan mereka. Saya dan seorang laki-laki Anshar mengejar seorang
laki-laki Bani Dzibyan. Ketika kami berdua telah mengepungnya tiba-tiba ia
berkata, “La Ilaaha illallah”. Ucapan laki-laki ini membuat temanku orang
Anshor mengurungkan niat untuk membunuhnya namun saya menikamnya dan diapun
mati. Ketika kami tiba kembali di Madinah, Nabi SAW telah mendengar informasi
tentang tindakan pembunuhan yang saya lakukan. Beliau pun berkata, “ Wahai
Usamah! Mengapa engkau membunuhnya setelah dia mengatakan La Ilaaha illallah?.”
“Dia hanya berpura-pura,” Jawabku. Nabi mengucapkan pertanyaannya
berulang-ulang sampai-sampai saya berharap baru masuk Islam pada hari tersebut.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah
SAW berkata kepada Usamah, “Mengapa tidak engkau robek saja hatinya agar kamu
tahu apakah dia sungguh-sungguh atau berpura-pura?”. “Saya tidak akan pernah
lagi membunuh siapapun yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah”. Kata
Usamah.
Sayyidina Ali RA pernah ditanya mengenai
kelompok-kelompok yang menentangnya, “Apakah mereka kafir?”. “Tidak,” jawab
Ali, “Mereka adalah orang-orang yang menjauhi kekufuran”. “Apakah mereka kaum
munafik?”. “Bukan, orang-orang munafik hanya sekelebat mengingat Allah sedang
mereka banyak mengingat Allah”. “Terus siapakah mereka?” Ali kembali ditanya.
“Mereka adalah kaum yang terkena fitnah yang mengakibatkan mereka buta dan
tuli”, jawab Ali.
إعلم أنّ كراهة المسلمين ومقاطعتهم ومدابرتهم محرّمة وكان سباب المسلم فسوقاً
وقتاله كفراً إذا استحل. وكفى رادعاً في
هذا الباب حديث خالد بن الوليد رضي الله عنه في سريته إلى بني جذيمة يدعوهم إلى
الإسلام ، فلما انتهى إليهم تلقوه ، فقال لهم : أسلموا ، فقالوا : نحن قوم مسلمون
، قال : فألقوا سلاحكم وانزلوا ، قالوا : لا والله ما بعد وضع السلاح إلا القتل ما
نحن بآمنين لك ولا لمن معك ، قال خالد فلا أمان لكم إلا أن تنزلوا فنزلت فرقة منهم
وتفرقت بقية القوم. وفي رواية انتهى
خالد إلى القوم فتلقوه ، فقال لهم ما أنتم أي : أمسلمون ؟ أم كفار ؟ قالوا :
مسلمون قد صلينا وصدقنا بمحمد صلى الله عليه وسلم وبنينا المساجد في ساحتنا وأذنا
فيها ، وفي لفظه لم يحسنوا أن يقولوا : أسلمنا ، فقالوا: صبأنا صبأنا ، قال فما
بال السلاح عليكم ؟ قالوا : إن بيننا وبين قوم من العرب عداوة فخفنا أن تكونوا هم
فأخذنا السلاح ، قال : فضعوا السلاح فوضعوا ، فقال : استأسروا فأمر بعضهم فكتف
بعضاً وفرقهم في أصحابه فلما كان السحر نادى منادي خالد : من كان معه أسير فليقتله
، فقتل بنو سليم من كان معهم وامتنع المهاجرون والأنصار رضي الله عنهم ، وأرسلوا
أسراهم فلما بلغ النبي صلى الله عليه وسلم ما فعل خالد ، قال : اللهم إني أبرأ
إليك مما صنع خالد ، قال ذلك مرتين.
وقد يقال أن خالداً فهم أنهم قالوا ذلك على سبيل الأنفة وعدم الانقياد إلى
الإسلام وإنما أنكر عليه صلى الله عليه وآله وسلم العجلة وعدم التثبت في أمرهم قبل
أن يعلم المراد من قولهم صبأنا ، وقد قال عليه الصلاة والسلام نعم عبد الله أخو
العشيرة خالد بن الوليد سيف من سيوف الله سله الله على الكافرين والمنافقين .
وكذلك قصة أسامة بن زيد حب رسول الله وابن حبه فيما رواه عنه البخاري عن أبي
ظبيان قال : سمعت أسامة بن زيد يقول : بعثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم إلى
الحرقة ، فصبحنا القوم فهزمناهم ولحقت أنا ورجل من الأنصار رجلاً منهم ، فلما
غشيناه قال : لا إله إلا الله ، فكف الأنصاري عنه وطعنته برمحي حتى قتلته ، فلما
قدمنا بلغ النبي صلى الله عليه وآله وسلم ، فقال : يا أسامة ! أقتلته بعدما قال :
لا إله إلا الله ، قلت : كان متعوذاً ، فما زال يكررها حتى تمنيت أني لم أكن أسلمت
ذلك اليوم ، وفي رواية أخرى أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال له : ألا شققت
على قلبه ، فتعلم أصادق أم كاذب قال أسامة : لا أقاتل أحداً يشهد أن لا إله إلا الله.
وقد سئل علي – رضي الله عنه – عن المخالفين له من الفرق أكفار هم ؟ قال : لا ،
إنهم من الكفر فروا ، فقيل : أمنافقون هم ؟ فقال : لا ، إن المنافقين لا يذكرون
الله إلا قليلاً ، وهؤلاء يذكرون الله كثيراً ، فقيل : أي شيء هم ؟ قال : قوم
أصابتهم الفتنة فعموا وصمُّوا. مقام الخالق ومقام المخلوق