A. Pendidikan Agama Islam
1.
Pengertian Pendidikan Agama
Islam
Pendidikan dapat diartikan bimbingan secara sadar oleh
Pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama (Zuhairini, dkk, 2004:1). Marimba dalam
Tafsir (2001:24) menyatakan pengertian yang sama, bahwa pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap pekembangan jasmani
dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Dalam Undang - Undang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN, 2003:3).
Dalam perspektif Islam, pendidikan dikenal dengan
beberapa istilah, yaitu: Tarbiyah, Ta’lim, dan Ta’dib. Menurut Zuhairini bahwa
pengertian pendidikan agama adalah usaha berupa bimbingan ke arah pertumbuhan
kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis supaya mereka hidup
sesuai dengan ajaran Islam, sehingga terjalin kebahagiaan di dunia dan di
akherat (Zuhairini, dkk, 1981:17).
Sedangkan
menurut Omar Muhammad Al-Toumy Al-Syaebani, Pendidikan Islam diartikan sebagai
usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses
kependidikan (Arifin, 1993:14).
Salah satu
pandangan modern dari seorang ilmuwan Muslim, pakar Pendidikan Islam DR.
Muhammad S.A. Ibrahimy (Bangladesh )
mengungkapkan pengertian pendidikan Islam yang berjangkauan luas, sebagai
berikut:
“Islamic
education in true sense of term, is a system of education which enables a man
to lead his life according to the Islamic ideology. So the may easily mould his
life in accordance with the nets of Islam. And thus peace and prosperity may
prevail in his own life as well as in the whole world. These Islamic scheme of
education is, of necessity an all embracing system, for Islam encomphasses the
entire gamut of Moslem’s life. It can justly be said that all branches of
learning which are not Islamic are included in the Islamic education. The scope
of Islamic education has been changing at different times. In view of the
demands of the age and the development or science and technology, its scope has
also widened” (Arifin, 2003:5).
Dari
uraian tersebut maka dapat disimpulkan secara singkat bahwa pengertian
pendidikan agama Islam adalah ilmu pendidikan yang berdasar pada Islam (Tafsir,
1991:12).
2.
Dasar dan Tujuan Pendidikan
Agama Islam
Dasar dan
tujuan yang dimaksudkan disini adalah dasar dan tujuan dalam Pendidikan Islam.
Dasar ideal pendidikan Islam sudah jelas dan tegas yaitu firman Allah SWT dan Sunnah
Rasulullah SAW. Kalau pendidikan diibaratkan bangunan, maka isi Al-Qu’ran dan Hadits-lah
yang menjadi fundamennya. Al-Qur’an adalah sumber kebenaran dalam Islam,
kebenarannya tidak pernah diragukan lagi. Sedangkan sunah Rasulullah SAW. Yang
dijadikan landasan pendidikan agama Islam adalah berupa perkataan, perbuatan
atau pengakuan Rasulullah SAW. dalam bentuk isyarat.
Yang dimaksud
dengan pengakuan dalam bentuk isyarat adalah suatu perbuatan yang dilakukan
oleh sahabat atau orang lain dan Rasulullah membiarkannya. Perbuatan atau
kegiatan serta kejadian itu terus berlangsung.
Allah SWT berfirman:
(ا لا حز ا ب: ) و من يطع ا لله و رسو له فقد فا ز فو
ز ا عظيما
Artinya:
“Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia akan bahagia sebenar-benar bahagia” (QS Al-Ah-Zab 71).
Ayat tersebut
tegas sekali mengatakan bahwa apabila manusia telah mengatur seluruh aspek
kehidupannya (termasuk pendidikannya) dengan kitab Allah dan sunah Rasul-nya,
maka akan bahagialah hidupnya dengan sebenar-benarnya bahagia baik di dunia
maupun di akhirat nanti.
Sabda Nabi Muhammad
SAW:
اني تركت فيكم آمرين ما
إن تمسكتم بهما لن تضلؤا
ا بد كتب الله و سنة رسو له(ر و اه ا لحا كم)
Artinya:
“Sesungguhnya
aku telah meninggalkan untuk kamu, dua perkara/ dua hal yang jika kamu
berpegang teguh dengannya, maka tidaklah kamu akan sesat selama-lamanya, yaitu:
kitab Allah dan Sunah Nabi-nya” (H.R. Hakim).
Dengan
demikian jelaslah bahwa dasar Pendidikan Islam dan sekaligus sebagai sumbernya
adalah Al-Qur’an dan Hadits.
Adapun tujuan Pendidikan
Islam menurut beberapa ahli/tokoh Pendidikan Islam sebagai berikut:
1.
Imam Al-Ghozali berependapat bahwa
tujuan Pendidikan Islam yang hendak dicapai adalah: pertama,
kesempurnaan manusiayang puncaknya adalah dekat dengan Allah. Kedua,
kesempatan manusia, yang puncaknya adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat
karena itru pendidikan tersebut berusaha mengajar manusia agar mampu mencapai
tujuan-tujuan yang dirumuskan tadi.
2.
Muhammad Athiyah Al Abrasi berpendapat
bahwa tujuan Pendidikan Islam secara umum sebagai berikut: (a) membantu
pembentukan akhlak yang mulia, (b) persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat,
(c) persiapan mencari rizki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan, (d)
menumbuhkan semangat ilmiah (scientific spirit) pada pelajar dan
memuaskan keinginan dalam arti untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji
ilmu, dan (e) menyiapkan pelaar dari segi professional, teknis, supaya dapat
menguasai profesi, dam keterampilan tertentu agar ia dapat mencapai rezeki
dalam hidup disamping memelihara segi kerohanian (Zuhairini, dkk:1995:164).
Sedangkan dalam bukunya dasar-dasar pokok pendidikan Islam Muhammad Athiyah Al
Abrasi menegasakan bahwa pendidikan agama adalah untuk mendidik akhlak dan jiwa
mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan
kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci
seluruhnya ikhlas dan jujur (Zuhairini, dkk, 1995:155).
3.
Menurut Marimba (1964:39) dalam
bukunya Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, dinyatakan tujuan akhir pendidikan
Islam adalah terbentuknya kepribadian Muslim.
4.
Al-Attas (1979:1) tujuan Pendidikan
Islam adalah manusia yang baik.
5.
Munir Mursyi dalam Tafsir
(2001:46) mengatakan bahwa tujuan akhir Pendidikan Islam adalah manusia
sempurna.
6.
Menurut Abdul Fattah Jalal dalam
Tafsir (2001:46) tujuan umum Pendidikan Islam adalah terwujudnya manusia
sebagai hamba Allah.
Hasil rumusan
seminar Pendidikan Islam sedunia pada tahun 1980 di Islamabad menunukkan makin
kompleksnya tugas ilmu pendidikan islam. Karena harus diarahkan kepada tujuan
yang komprehensif paripurna, sebagai berikut.
“Education
aims an the balanced growth of total personality of man though the training of
man’s spirit, intellect, the rational self, feeling and bodily sense. Education
should, therefore, cater for the growth of man in all its aspect, spiritual,
intellectual, imaginative, physical, scientific, linguistic, both individually
and collectively, and motivate all these aspects to ward goodness and
attainment or perfection. The ultimate aim of education lies in the realization
of complete submission to Allah on the level of individual, the community and
humanity at large” (Arifin, 2003:6).
Dari beberapa
pendapat tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa tujuan Pendidikan Islam adalah
mencapai keseimbangan pertumbuhan diri pribadi manusia muslim secara menyeluruh
melalui latihan kejiwaan, akal pikiran, kecerdasan, perasaan dan pancaindera
sehingga memiliki kepribadian yang utama (Zuhairini & Abdul Ghofir,
2004:8).
3.
Pendidikan Agama Islam di
Sekolah
a.
Penyelenggaraan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah
Penyelenggaraan pendidikan
agama disekolah mempunyai dasar yaitu: dasar ideal, dasar struktural dan dasar
operasional.
Yang dimaksud dengan dasar
Ideal adalah dasar Negara Pancasila. Di dalam Pancasila, sila pertama adalah
Ketuhanan Yang Maha ESA. Ini mengandung makna bahwa seluruh bangsa Indonesia harus
percaya kepada Tuhan Yang Maha ESA, atau kata lain harus beragama.
Disini diterangkan bahwa ketetapan MPR. No.
II/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada bagian
Pendidikan disebutkan bahwa:” Pendidikan Nasional berdasarkan atas pancasila
dan bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap tuhan Yang Mhha ESA” (TAP.
MPR. RI. No. II/ MPR/ 1983, 1983:95).
Maka usaha untuk
meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang maha ESA, merupakan salah satu faktor
utama dalam Pendidikan Nasional untuk membangun manusia seutuhnya. Karena itu
Pendidikan Agama di Sekolah-sekolah,
mutlak perlu. Karena Pendidikan agama merupakan unsur pokok dalam pembangunan
manusia seutuhnya. Pendidikan Agama sebagai sub sistem dalam sistem Pendidikan
nasional, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan Nasional. Oleh
karena itu, untuk merealisir sila pertama dari Pancasila diperlukan adanya
agama.
Dasar struktural yang
dimaksud adalah UUD 1945, di dalam Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 berbunyi:
(1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha ESA.
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu
(UUD 45, 1978:10).
Statemen
tersebut mengandung makna, bahwa bangsa Indonesia harus ber-Tuhan. Atau
dengan kata lain harus beragama. Dengan demikian orang yang tak beragama atau
orang-orang yang atheis tidak di perkenankan hidup di bumi Indonesia .
Untuk merealisir insan-insan yang ber-Tuhan di bumi Indonesia ini, mutlak diperlukan adanya
Pendidikan Agama.
Secara
struktural penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum yang meliputi
sekolah dasar sampai perguruan tinggi negeri telah tertuang dalam ketetapan
MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab I pasal I yang berbunyi:
“Menetapkan
Pendidikan Agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari sekolah
dasar sampai Universitas Negeri” (Zuhairini, dkk, 1981:17).
Kemudian
dikuatkan dan disempurnakan oleh ketetapan MPR no. II/MPR/1983 sebagai berikut:
Diusahakan terus bertambah sarana-sarana yang diperlukan bagi
pengembangan kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
termasuk pendidikan agama yang dimaksukkan kedalam kurikulum sekolah-sekolah
mulai dari sekolah dasar sampai universitas-universitas negeri (Himpunan
Ketetapan MPR 1993, 1983:112).
Dengan
demikian pendidikan Islam dapat diselenggarakan pada seluruh lembaga pendidikan
baik formal maupun non formal. Pada lembaga pendidikan umum seperti sekolah
dasar sampai perguruan tinggi pendidikan islam diselenggarakan dalam bentuk
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, sedangkan pada lembaga pendidikan
bercirikan islam, Pendidikan Islam diselenggarakan dalam bentuk mata pelajaran
Al-Qur’an dan Hadist, Aqidah Akhlaq, Fiqih dan sejarah Islam.
Dalam
penyelenggaraan pendidikan agam Islam di sekolah tentunya mempunyai tujuan yang
hendak dicapai. Dengan demikian penyelenggaraan pendidikan agam Islam di
sekolah mempunyai tujuan yang harus dicapai pada pembelajaran pendidikan agama
di kelas sekaligus dapat dievaluasi.
Tujuan
pendidikan agama Islam di Indonesia secara umum menurut hasil musyawarah/
lokakarya Departemen Agama tanggal 2 sampai 6 Mei 1978 adalah: “Membina warga
negara agar berkepribadian muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan
menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta
menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat dan negara”.
b.
Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di Sekolah
Pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah harus memperhatikan beberapa komponen
yang ada dalam pendidikan, yaitu:
- Peserta didik.
- Pendidik.
- Tujuan pendidikan.
- Alat-alat pendidikan.
- Lingkungan / mileu (Zuhairini & Abdul Ghofir, 2004:13).
Selain
memperhatikan faktor-faktor tersebut pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah
juga harus mengupayakan peningkatan aktivitas dan kreativitas siswa dalam
belaar.
Dalam upaya
untuk meningkatkan aktivitas dan kreatifitas pembelajaran, menurut Widada
(1994) dalam Mulyasa (2004:107) mengemukakan bahwa disamping penyediaan
lingkungan yang kreatif, guru dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut. 1) Self
esteem approach. Dalam pendekatan ini guru dituntut untuk lebih mencurahkan
perhatiannnya pada pengembangan self esteem (kesadaran akan harga diri),
guru tidak hanya mengarahkan peserta didik untuk mempelajari materi ilmiah
saja, tetapi pengembangan sikap harus mendapat perhatian secara proposional. 2)
Creative approach. Beberapa saran untuk pendekatan ini adalah
dikembangkannya problem solving, brain storming, inguiry, dan role playing. 3) Value
clarification and moral development approach. Dalam pendekatan ini
pengembangan pribadi menjadi sasaran utama, pendekatan holistic dan humanistik
menjadi ciri utama dalam mengembangkan manusia menuju self actualization.
Dalam situasi yang demikian pengembangan intelektual akan mengiringi
pengembangan pribadi peserta didik. 4) Multiple talent approach.
Pendekatan ini mementingkan upaya pengembangan seluruh potensi peserta didik,
karena manifestasi pengembangan potensi akan membangun self concept yang
menunjang kesehatan mental. 5) Inguiry approach. Melalui pendekatan ini
peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan proses mental dalam menemukan
konsep atau prinsip ilmiah, serta meningkatkan potensi intelektualnya. 6) Pictorial
riddle approach. Pendekatan ini merupakan metode untuk mengembangkan
motivasi dan minat peserta didik ddalam diskusi kelompok kecil. Pendekatan ini
sangat membantu meningkatkan berfikir kritis dan kreatif. 7) Synetics
approach. Pada hakekatnya pendekatan ini memusatkan perhatian pada
kompetensi peserta didik untuk mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk
membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya. Kegiatan dimulai
dengan kegiatan kelompok yang tidak rasional, kemudian berkembang menuju pada
penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.
B. Daya Serap Siswa Terhadap Pendidikan Agama Islam
1.
Pengertian Daya Serap Siswa
Istilah daya,
memiliki arti yang bermacam-macam sesuai dengan orang yang mengartikannya.
Setiap orang mengartikan daya sesuai dengan bidang keilmuan yang dikuasainya.
Istilah daya sering disamakan dengan tenaga; energi; gejala; keinginan;
dorongan dan sebagainya. Istilah daya sering digunakan para penulis sesuai
dengan keilmuan yang dibidangi. Dalam kamus ilmiah populer istilah daya
diartikan sebagai kemampuan; kekuatan; upaya kemampuan melakukan sesuatu (Al
Barry, 1994:94).
Daya, menurut
ahli-ahli ilmu jiwa Daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai
daya-daya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia (Djamarah, 2002:17). Hal
ini sangat beralasan karena para ahli dari aliran psikologi daya ini memikirkan
jiwa dianalogikan dengan raga (jasmani) itu mempunyai tenaga atau daya, maka
jiwa juga dianggap mempunyai daya-daya (Suryabrata, 1998:224).
Dalam jiwa
manusia terdapat berbagai macam daya.
Daya-daya yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam jiwa manusia
ialah; pengamatan, tanggapan, ingat, fantasi, berpikir, perasaan dan kemauan.
Daya-daya inilah yang digunakan manusia untuk bermacam-macam aktifitas termasuk
didalamnya yaitu aktifitas belajar.
Dalam kegiatan
belajar mengajar siswa menggunakan daya yang berada dalam jiwanya untuk
berusaha memahami isi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Usaha siswa dalam
memahami pelajaran ini menimbulkan istilah baru yang diangkat dalam skripsi ini,
mengenai usaha siswa dalam memahami isi pelajaran. Usaha memahami ini disebut
sebagai daya serap siswa.
2.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Daya Serap Siswa
Adapun proses
memahami siswa adalah dengan menggunakan seluruh daya yang ada dalam jiwa.
Berikut ini akan diuraikan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi daya serap
siswa yang lebih terfokus pada kemampuan untuk menyerap informasi dengan indera
(aspek jasmani).
Daya yang
berperan aktif menyerap isi pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar adalah daya
pengamatan (melihat dan mendengar), dan mengingat. Daya tersebut dalam kerjanya
menggunakan alat-alat yang ada pada raga manusia yang kita kenal yaitu indera
atau panca indera. Alat alat yang mempengaruhi daya pengamatan dan mengingat
adalah mata, telinga dan otak.
Pengertian
daya pengamatan adalah daya jiwa yang memasukkan kesan dari luar melalui dengan
menggunakan alat dria. Ada
empat faktor yang memungkinkan terjadinya suatu pengamatan. Perangsang
(stimulus-benda yang diamati), alat indera- otak- dan perhatian. Sedangkan daya
ingat yaitu daya untuk menyimpan dan mengeluarkan kesan-kesan (Purwantoro,
1990:36-37).
Syarat belajar
dengan baik apabila alat-alat tersebut dalam kondisi yang baik pula. Seperti
yang diungkapkan oleh Arifin bahwa kemampuan belajar manusia sangatlah
berkaitan dengan kemampuan manuia untuk mengetahui dan mengenal terhadap
obyek-obyek pengamatan melalui panca inderanya (Arifin, 1993:71).
Berdasarkan
uraian tersebut dapat disimpulkan, bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi daya
serap siswa adalah sebagai berikut:
a.
Kondisi atau kesehatan alat atau
panca indera (mata, telinga).
b.
Kondisi memori yang baik (otak).
3.
Tingkat Daya Serap Siswa
terhadap Pendidikan Agama Islam
Dipandang dari
aspek kemampuan yang dimiliki setiap indifidu setiap siswa mempunyai perbedaan.
Demikian juga dengan daya serap siswa terhadap Pendidikan Agama Islam,
masing-masing indifidu mempunyai tingkat yang berbeda. Diakui oleh Abu Ahmadi
dalam DJamarah (2003:49) bahwa anak didik selain ada perbedaannya, juga ada
persamaannya. Paling tidak ada beberapa persamaan dan perbedaan yang harus
mendapat perhatian seperti pada aspek kecerdasan (intelegensi), kecakapan,
prestasi, bakat, sikap, kebiasaan, cirri-ciri jasmaniah, minat, cita-cita,
kebutuhan, kepribadian, dan pola-pola dan tempo perkembangan, serta latar
belakang lingkungan.
Dapat dipahami
bahwa tingkat daya serap siswa terhadap pendidikan agama Islam ialah tingkat
pemahaman siswa dalam memahami materi pelajaran pendidikan agama Islam. Siswa
yang mempunyai tingkat daya serap yang baik akan menunjukkan sikap, yaitu: 1)
bersungguh-sungguh, menunjukkan minat, mempunyai perhatian danrasa ingin tahu
yang kuat untuk ikut serta dalam kegiatan belajar mengajar; 2) berusaha keras
dan memberikan waktu yang cukup untuk melakukan kegiatan tersebut dan 3) terus
bekerja sampai tugas-tugas tersebar terselesaikan (Muhaimin, 2001:138) Untuk meningkatkan
tingkat daya serap tersebut dapat diupayakan dengan berbagai usaha.
C. Upaya Peningkatkan Daya Serap Siswa terhadap Pendidikan Agama Islam.
1.
Penerapan Metode
Pembelajaran.
Metode dalam
pendidikan agama Islam diartikan sebagai cara yang paling tepat dan cepat dalam
mengajarkan agama Islam (Tafsir, 1995:19). Dalam kegiatan belajar mengajar Pendidikan
Agama Islam ada beberapa metode yang digunakan, metode tersebut yaitu: metode
ceramah, metode Tanya jawa, metode diskusi, metode latihan siap, matode
demonstrasi dan eksperimen, metode pemberian tugas belajar, metode karya
wisata, metode kerja kelompok, metode sosiodrama dan bermain peranan, metode pemecahan
masalah (problem solving), dan metode proyek /unit (Zuhairini, 1993:74).
Zuhairini, dkk
(1993) memberikan beberapa contoh metode pembelajaran yang sering digunakan
pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam disertai dengan kekurangan dan
kelebihannya.
a.
Metode ceramah
Metode
ceramah ialah sebuah bentuk interaksi edukatif melalui penerangan dan penuturan
secara lisan oleh guru atau pendidik terhadap sekelompok pendengar (murid).
Kelebihan metode ceramah
a. Dalam waktu yang relatif singkat dapat disampaikan bahan
sebanyak-banyaknya.
b. Organisasi kelas lebih sederhana, tidak perlu mengadakan
pengelompokan murid seperti pada beberapa metode lainnya.
c. Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah
murid cukup besar.
d. Bila metode ceramah ini berhasil, guru dapat membangkitkan
semangat, motivasi, belajar, kreasi dan aktifitas yang konstruktif, yang mampu
merangsang murid - murid untuk belajar dan melaksanakan sesuatu tugas atau
pekerjaan. Ketentuan (fleksibilitas) metode ini lebih nampak, dalam arti bila
waktu terbatas (sedikit) bahan dapat disingkat, diambil yang penting atau
pokok-pokok saja, sebaliknya apabila waktunya memungkinkan (banyak) dapat
disampaikan bahan yang banyak dan dengan penjelasan yang mendalam.
Kelemahan metode ceramah
a. Guru agak sulit mengetahui pemahaman murid terhadap bahan
pelajaran yang diberikan, kadangkala guru hanya mengajar penyampaian bahan
sebanyak-banyaknya, sehingga terlihat adanya unsur pemaksaaan dan pemompaan,
yang hal ini dari segi edukatif kurang menguntungkan bagi murid, murid lebih
cenderung bersikap pasif dan bahkan kemungkinan besar kurang tepat dalam
menerima dan mengambil kesimpulan, sebab menyampaikan hanya dengan lisan.
b. Kekurangan dan kelemahan
metode ceramah lebih terasa apabila guru kurang memperhatikan aspek-aspek
psikologis dan didaktis dari murid, sehingga dapat terjadi guru terlalu
berlebih-lebihan berusaha membangkitkan minat dengan jalan humor dan isi bahan
(ceramah) menjadi kabur.
b.
Metode Tanya jawab.
Metode
Tanya jawab ialah cara penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan
pertanyaan dan murid memberikan jawaban. Atau sebaliknya murid bertanya dan
guru memberikana jawaban.
Kelebihan metode Tanya jawab
a. Suasana atau situasi kelas akan lebih hidup, karena murid
dirangsang aktif berfikir dan menyampaikan fikirannya dengan melalui pemberian
jawaban dari pertanyaan guru.
b. Sangat positif untuk melatih keberanian murid mengemukakan
pendapat dengan lisan.
c. Terdapatnya perbedaan jawaban diantara murid akan membawa kelas
pada situasi diskusi.
d. Memberikan dorongan aktifitas dan kesungguhan murid, dalam arti
murid yang biasa segan mencurahkan perhatian akan lebih berhati-hati dan aktif mengikuti
pelajaran.
e. Walaupun prosesnya agak lambat, namun secara pasti guru dapat
mengontrol pemahaman atau pengertian murid pada masalah yang dibicarakan.
f. Bila dibandingkan dengan metode ceramah yang monolog, metode
Tanya jawab dapat membangkitkan aktifitas murid.
Kelemahan metode tanya jawab
a. Terdapat perbedaan pendapat/ jawaban, akan memerlukan waktu yang
banyak untuk menyelesaikannya dan lebih dari itu terkadang terjadi murid dapat
menyalahkan pendapat guru, sehingga akan sangat riskan apabila guru kurang
menguasai permasalahannya.
b. Kemugkinan terjadinya penyimpangan perhatian murid, terutama
apabila terdapat jawaban-jawaban yang kebetulan menarik perhatiannya, padahal
bukan sasaran (tujuan) yamg diinginkan dalam arti terjadinya penyimpangan dari
pokok persoalan semula.
c. Relatif memerlukan waktu yang lebih banyak, karena kurang dapat
secara cepat merangkum bahan-bahan pelajaran.
c.
Metode Diskusi
Metode
diskusi adalah sebagai salah satu metode interaksi edukatif diartikan sebagai
metode di dalam mempelajari bahan atau penyampaian bahan pelajaran dengan jalan
mendiskusikannya.
Kelebihan metode diskusi
a. Situasi dan suasana kelas lebih hidup, sebab perhatian murid
terpusat pada masalah atau bahan yang didiskusikan. Partisipasi interaksi murid
dalam metode ini lebih baik dan aktif.
b. Dapat meningkatkan prestasi kepribadian individu dan sosial
anak. Seperti: toleransi, demokratis, berfikir kritis, sistematis, sabar dan
berani mengemukakan pandangan.
c. Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami anak, karena anak
mengikuti sejak awal proses berfikir sebelum sampai kepada kesimpulan.
d. Murid terlatih untuk mematuhi peraturan dan tata tertib dalam suasana
diskusi atau musyawarah, sebagai latihan mengikuti diskusi, musyawarah yang
lebih besar forumnya dan yang sebenarnya.
Kelemahan metode diskusi
a. Ada
diantara murid yang tidak aktif dalam kegiatan diskusi.
b. Kemampuan daya tangkap siswa yang lemah.
c. Siswa takut untuk berbicara untuk mengemukakan pandangan.
Dalam
penerapan metode pembelajaran guru dapat memilih metode yang paling tepat ia
gunakan. Dalam pemilihan tersebut menurut Surachmad dalam Tafsir (1996:33-34) ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan, antara lain:
1.
Keadaan murid yang mencakup
pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan, perbedaan indifidual
lainnya.
2.
Tujuan yang hendak dicapai; jika tujuannya
pembinaan daerah kognitif maka metode drill kurang tepat digunakan.
3.
Situasi yang mencakup hal yang
umum sepeti situasi kelas, situasi lingkungan. Bila jumlah murid begitu besar,
maka metode diskusi agak sulit digunakan apabila ruangan yang tersedia kecil,
metode ceramah harus mempertimbangkan antara lain jangkauan suara guru.
4.
Alat-alat yang tersedia akan
mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan. Bila metode eksperimen yang
akan dipakai maka alat-alat untuk eksperimen harus tersedia; dipertimbangkan
juga jumlah dan mutu alat itu.
5.
Kemampuan pengajar tentunya
menentukan, mencakup kemampuan fisik, keahlian. Metode ceramah memerlukan
kekuatan guru secara fisik. Guru yang mudah payah, kurang kuat berceramah dalam
waktu yang lama. Dalam hal seperti ini sebaiknya ia menggunakan metode lain
yang tidakmemerlukan tenaga yang banyak. Metode diskusi menuntut keahlian guru
agak tinggi, karena informasi yang diperlukan dalam metode diskusi
kadang-kadang lebih banyak dari pada sekadar bahan yang diajar.
6.
Sifat bahan pengajaran. Ini hampir
sama dengan jenis tujuan yang dicapai
seperti poin 2 di atas. Ada
bahan pelaaran yang lebih baik disampaikan lewat metode ceramah, ada yang lebih
baik dengan metode drill, dan sebagainya.
2. Penggunaan Media Pembelajaran.
Media
pembelajaran disini adalah alat - alat pendidikan agama, dimana alat-alat
pendidikan yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan agama itu
cukup banyak. Oleh karena itu dalam uraian ini akan dikelompokkan menjadi tiga
kelompok.
a.
Alat pembelajaran agama.
Dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah dibutuhkan adanya alat-alat pembelajaran.
1.
Alat pengajaran klasikal. Yaitu
alat-alat pembelajaran yang digunakan oleh guru berama-sama dengan murid.
Sebagai contoh: papan tulis, kapur, tempat shalat, dan lain sebagainya.
2.
Alat pembelajaran indifidual. Yaitu
alat-alat yang dimiliki oleh masing-masing murid dan guru misalnya: alat tulis,
buku pegangan, bulu persiapan guru dan lain-laingnya.
3.
Alat peraga. Yaitu alat
pembelajaran yang berfungsi untuk memperjelas maupun mempermudah dan memberikan gambaran komgkrit
tentang hal-hal yang diajarkan. Alat peraga dalam pendidikan Islam adalah
sangat penting sekali, karena dengan demikian peserta didik akan lebih jelas
dan lebih faham tentang apa-apa yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar.
4.
Selain alat peraga yang disebutkan
diatas, masih ada alat-alat pendidikan yang lebih modern yang dapat digunakan
dalam bidang pendidikan agama Islam. Alat-alat tersebut yaitu:
a.
Visual-aids, yaitu ala-alat
pendidikan yang dapat diserap melalui indera penglihatan, seperti gambar yang
diproyeksikan dan lain sebagainya.
b.
Audio-aids, yaitu alat pendidikan
yang diserap melalui indera pendengaran. Seperti radio, tape recorder.
c.
Audio-visual aids (AVA), yaitu
alat pendidikan yang dapat diserap dengan penglihatan dan pendengaran.
b.
Alat pendidikan langsung.
Yang dimaksud
denga n alat pendidikan
langsung ialah dengan menanamkan pengaruh positif kepada peserta didik, dengan
memberikan tauladan, memberikan nasehat-nasehat, perintah-perintah berbuat amal
shaleh, melatih dan membiasakan suatu amalan dan sebagainya.
c.
Alat pendidikan yang tidak
langsung.
Yang
dimaksud alat pendidikan yang tidak langsung adalah alat yang bersifat kuratif,
agar peserta didik menyadari atas perbuatanya yang salah dan berusaha untuk
memperbaikinya.alat pendidikan ini adalah hukuman.
Dari berbagai
alat- alat tersebut dalam penggunaannya harus diseleksi dengan memperhatikan
beberapa hal yaitu:
1.
Pentingnya alat itu untuk mencapai
tujuan atau kesesuaian alat itu dengan tujuan pembelajaran. Kalau tujuannya
hanya menyangkut bidang kognitif (pengetahuan) misalnya siswa dapat membedakan
ayart berhubungan dengan shalat jumat, dapat menyebutkan ayat yang berhubungan
dengan shalat jumat, menyebutkan orang-orang yang diperbolehkan tidak
sembahyang jumat, menyebutkan orang orang yang diperbolehkan tidak sembahyang
jumat dan sebagainya, maka alat yang dipilih adalah buku teks, al-Qur’an dan
skema.
Bila tujuan itu menyangkut bidang psikomotorik, misalnya siswa dapat
melakukan gerakan-gerakan shalat dengan baik, maka alat atau media yang
digunakan adalah film, gambar orang sembahyang atau demonstrasi oleh guru
sendiri.
Bila tujuan itu menyangkut bidang affektif, misalnya siswa menyayangi
fakir miskin, maka medianya adalah melaksanakan kegiatan sosial keagamaan,
mengadakan pengamatan langsung terhadap kehidupan fakir miskin (kalau perlu
observasi partisipant), menyaksikan film tentang penyantunan fakir miskin.
2.
Media itu harus disesuaikan dengan
kemampuan siswa. Anak sekolah menengah sudah mempunyai kemampuan untuk mencari
dan menemukan sendiri, maka alat pendidikan yang dipakai sudah haru agak sophisticated,
seperti modul, drama film dan film yang menyangkut berbagi kejadian alam.
3.
Harus diperhatikan keadaan dan
kondisi sekolah. Tidak semua sekolah memiliki alat yang cukup, aliran listrik
mungkin tidak ada dan juga kemampuan guru yang menggunakan alat.
4.
Hendaknya diperhatikan soal waktu
yang tersedia untuk mempersiapkan alat dan penggunaannya di kelas.
5.
Harga atau biaya alat itu
hendaknya sesuai dengan efektifitas alat atau media pendidikan (Darajat,
1993:81-82).
Selain itu menurut
Zuhairini dan Abdul Ghofur (2004:26) hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan media/ alat pendidikan agama, yaitu:
1.
Tujuan apakah yang akan dicapai
dengan memakai alat tersebut? Dalam memilih alat hendaknya dis esuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai. Misalnya yang paling mudak dalam menyampaikanmateri
tentang bimbingan shalat, alat yang perlu dipersiapkan adalah tikar shalat,
sarung atau telekung, dan air wudlu.
2.
Oleh siapa alat tersebut
dipergunakan? Pribadi guru yang akan menggunakan alat haruslah menjiwai atau
mengerti kegunaan alat tersebut. Guru agama yang menggunakan alat haruslah
orang yang taat beribadah, sehingga dalam mempraktikkan alat pendidikan agama
tidak merasa canggung.
3.
Terhadap anak yang bagaimana alat
tersebut dipergunakan? Hal ini menyangkut pemilihan pemilihan alat-alat
pendidikan agama. Alat-alat tersebut haruslah disesuaikan dengan kondisi
anak-anak yang dihadapi. Dengan demikian alat-alat pendidikan yang dipilih itu
betul-betul akan dapat membantu mempermudah peserta didik bukan malah
sebaliknya, memperlambat tercapainya tujuan.
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan beberapa faktor yang harus diperhatikan
dalam penggunaan media pembelajaran dengan daya serap siswa, yaitu:
1.
Media harus memperhatikan
kemampuan siswa.
2.
Media yang digunakan harus sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
3.
Media yang digunakan harus melihat
kemampuan sekolah.
4.
Dituntutnya kemampuan guru dalam
menggunakan media pembelajaran dengan baik.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Daya Serap Siswa terhadap Pendidikan Agama Islam.
Dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah ada beberapa faktor yang dapat
menjadi pendukung dan penghambat siswa dalam menyerap pelajaran atau informasi
pada proses pembelajaran di kelas. Dengan kata lain faktor-faktor yang dapat
mendukung dan menghambat daya serap siswa pada saat penerapan metode dan
penggunaan media pembelajaran berlangsung.
Faktor pendukung
dan penghambat daya serap siswa terhadap Pendidikan Agama Islam tersebut
terdapat pada beberapa faktor yang akan diuraikan sebagai berikut:
1.
Faktor Pendukung Daya Serap
Siswa terhadap Pendidikan Agama Islam
a.
Lingkungan yang Kondusif
Faktor
lingkungan ini dibedakan lagi yaitu lingkungan alami dan lingkungan sosial
budaya. Lingkungan alami adalah lingkungan tempat tinggal siswa atau disebut
sebagai lingkungan hidup baik dirumah maupun disekolah. Adapun pengaruhnya
yaitu kondisi panas udara tempat tinggal yang tidak mendukung untuk kenyamanan
belajar misalnya terjadinya pencemaran lingkungan. disamping itu pengalaman telah
banyak membuktikan bagaimana panasnya udara lingkungan kelas mempengaruhi
konsentrasi sehingga mengakibatkan melemahnya daya serap.
Selain
faktor lingkungan hidup, lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi. Misalnya
siswa sebagai anggota masyarakat tidak bisa melepaskan dari ikatan sosial,
melewati interaksi sosial yang cenderung mempengaruhi siswa dalam belajar.
kondisi lingkungan sosial dengan adanya pembangunan gedung sekolah yang dekat
dengan lalu lintas menimbulkan kegaduhan suara hal ini juga mempengaruhi
konsentrasi siswa di kelas.
b.
Manajemen Sekolah yang baik
Lembaga
pendidikan dalam hal ini sekolah dalam menyelenggarakan pembelajaran
seharusnyalah dapat mengelolanya dengan baik. Hal ini disebabkan bahwa kunci
utama penyelenggaraan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik adalah
manajemen sekolah yang baik. Manajemen sekolah yang baik harus memperhatikan
beberapa hal yaitu mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan
siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu
sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah
(Slameto, 2003:64).
c.
Faktor Fisiologi (Jasmani)
Faktor
fisiologi yaitu faktor pengaruh yang berasal dari fisik, raga atau jasmani.
Faktor ini meliputi kedaan fisik, kesehatan pancaindera. Keadaan fisik pada
umumnya dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar, aspek fisik
misalnya tinggi badan juga mempengaruri letak penempatan siswa dikelas, siswa
yang memiliki badan lebih tinggi diletakkan di belakang sebaliknya siswa yang
memiliki ukuran tubuh yang kecil diletakkan di belakang.
Selain
itu yang perlu diperhatiakan adalah masalah kesehatan siswa baik kesehatan
tubuhnya atau kesehatan panca inderanya. keadaan jasmani yang segar akan lain
pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar. Keadaan jasmani yang
lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah. Hal tersebut disebabkan oleh
kekurangan nutrisi sebagai sumber tenaga.
Dalam
kegiatan belajar mengajar dituntut siswa memiliki pancaindera yang baik dan
sehat. Dalam sistem persekolahan dewasa ini diantara panca indera itu yang
paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu
adalah kewajiban bagi setiap pedidik untuk menjaga, agar panca indera anak
didiknya dapat berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang bersifat kuratif
maupun yang bersifat prefentif (Suryabrata, 1998:236).
d.
Faktor Psikologi (Jiwa)
Faktor
psikologi adalah faktor yang mempengaruhi aktivitas yang berasal atau berada
dalam jiwa manusia itu sendiri. Belajar pada hakikatnya adalah proses
psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan fungsi psikologis tentu saja
mempengaruhi belajar seseorang (Suryabrata, 1998:59). Faktor-faktor psikologi
tersebut antara lain yaitu:
e.
Tingkat Intelijensi
(Kecerdasan)
Intelegensi
diartiakan sebagai kecerdasan, ketajaman pikiran (Al Barry, 1994:264).
Intelejensi ialah faktor total. Berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan di
dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat dan sebagainya turut
mempengaruhi intelejensi seseorang (Purwantoro, 1990:52).
f.
Motivasi
Motif
adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan
aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (Suryabrata, 1998:70).
Dengan demikian dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi sangatlah diperlukan,
sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin
melakukan aktifitas belajar (Djamarah, 2002:114).
Dari
faktor-faktor tersebut yang lebih menyentuh secara langsung kondisi siswa di
sekolah dalam kegiatan belajar mengajar
yaitu faktor instrumental dan faktor fisiologi dan psikologis siswa siswa.
Faktor psikilogis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama
dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung,
maka faktor luar itu kurang signifikan (Djamarah, 2002:157). Dengan demikian
faktor-raktor yang mempengaruhi daya serap siswa adalah faktor instrumental,
faktor fisiologi dan faktor psikologis.
Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung daya serap siswa
adalah sangat menentukan berlangsungnya kegiatan pembelajaran disekolah.
B.
Faktor Penghambat Serap
Siswa terhadap Pendidikan Agama Islam
a. Kondisi Lingkungan yang tidak Kondusif
Pengalaman
telah membuktikan bagaimana panasnya lingkungan kelas, dimana suatu sekolah
yang miskin tanaman atau pepohonan di sekitarnya. Anak didik gelisah hati untuk
keluar kelas lebih besar dari pada mengikuti pelajaran di dalam kelas. Daya
serap semakin melemah akibat kelelahan yang tidak terbendung (Djamarah,
2002:144).
b. Penempatan duduk Siswa yang tidak sesuai dengan faktor Fisiologi
Siswa.
Penempatan
duduk siswa harus memperhatikan faktor fisiologis. Penempatan anak harus tepat
agar tidak menghambat daya serap siswa tersebut. Anak yang kurang
penglihatannya (rabun jauh/ dekat). Maka yang rabun jauh diletakkan pada meja
paling depan dan mereka yang rabun dekat harus duduk pada meja paling belakang
agar mereka dapat melihat tulisan atau bagan (Dalyono, 1996:233).
c. Penyelenggaraan Proses
Pembelajaran tidak Profesional.
Pada pendidikan formal, guru adalah praktisi yang paling bertanggung
jawab atas berhasil tidaknya program pembelajaran disekolah atau madrasah. Hal
ini disebabkan karena seorang guru merupakan ujung tombak atau memilki peran
yang penting dalam kegiatan pembelajaran di ruang kelas. Guru juga turut
menetukan kualitas pendidikan, sebagaimana Tilaar (2000:14), bahwa kunci utama
peningkatan kualitas pendidikan ialah mutu para gurunya. Dengan demikian tugas
guru harus selalu melakukan inovasi dengan memperbaiki dan atau meningkatkan
praktek-praktek pembelajaran dikelas secara profesional.
d. Gizi Siswa yang Kurang Baik sehigga Siswa sering Sakit-
sakitan.
Proses
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu
juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badannya lemah, kurang darah atau pun ada gangguan-gangguan/ kelainan-kelainan
fungsi alat indera serta tubuhnya (Slameto, 2003:55).
e. Intelejensi di bawah rara-rata Normal .
Intelegensi
besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa
yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada
mempunyai tingkat intelegenci yang rendah (Slameto, 2003:56).
f. Kurang adanya Motivasi dalam Belajar.
Motivasi sangatlah diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktifitas belajar (Djamarah,
2003:114). Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi
keberhasilan belajar. Karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama
yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara senantiasa
memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai
cita-cita. Senantiasa memasang tekad bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita
dapat dicapai dengan belajar (Dalyono, 1997:57). Dengan demikian jika siswa
tidak mempunyai motivasi dalam belajar maka dapat menjadi penghambat dalam
belajar siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar