A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan perubahan paradigma baru belajar
dan pembelajaran di abad XXI lebih menekankan pada: 1) tuntutan belajar
sepanjang hayat. 2) tuntutan pembelajaran yang bergeser mengacu pada abad
pengetahuan dan global education. 3) adanya berbagai temuan
melalui kajian ihwal metodologi pembelajaran dalam kaitannya dengan gaya belajar siswa dan
otak yang berimplikasi pada perlunya perubahan pembelajaran. 4) kebijakan
pemerintah terhadap peningkatan mutu pendidikan, baik proses maupun hasil
pembelajaran dengan mencanangkan kebijakan pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik (Muhaimin, 2003:127).
Peningkatan
pendidikan meliputi seluruh aspek dalam pendidikan merupakan hal yang
starategis dalam membentuk bangsa yang berkualitas. Kualitas kehidupan bangsa
sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Pendidikan mempunyai peran yang sangat
penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan
demokratis. Oleh karena itu pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Dalam undang-undang sistem
pendidikan nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN,
2003:2).
Pendidikan
nasional mempunyai tujuan sebagaimana yang telah tertera dalam GBHN, yaitu:
Pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila dan bertujuan untuk meningkakan
ketaqwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi
budi pekerti, memperkuat keperibadian, mempertebal semangat kebangsaan dan
cinta tanah air, agar dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Pendidikan
nasional dewasa ini sedang dihadapkan pada empat krisis pokok, yang berkaitan
dengan kuantitas, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme, dan manajemen.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa sedikitnya ada tujuh masalah pokok sistem
pendidikan nasional:1) menurunnya akhlak dan moral peserta didik. 2) pemerataan
kesempatan belajar, 3) masih rendahnya efisiensi internal system pendidikan, 5)
status kelembagaan, 6) manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan
pembangunan nasional, dan 7) sumber daya yang belum professional (Mulyasa,
2002:4)
Lebih-lebih
dunia pendidikan sekarang ini dihadapkan pada pendidikan yang kompetitif dan
inovatif. Di dalam persaingan diperlukan kualitas individu sehingga hasil karya
atau produk-produk yang dihasilkan dapat berkompetisi yang berarti mendorong
kearah kualitas yang semakin lama semakin meningkat. Kualitas yang baik dan
terus meningkat hanya dapat diciptakan oleh manusia-manusia yang mempunyai
kemampuan berkompetisi. Kemampuan untuk berkompetisi dihasilkan oleh pendidikan
yang kondusif bagi lahirnya pribadi-pribadi yang kompetitif (Tilaar, 2000:15).
Dalam konteks
pembaharuan pendidikan, ada tiga isu yang perlu disoroti, yaitu pembaruan
kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran, dan efektifitas metode
pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsive terhadap
dinamika sosial, relevan, tidak over load, dan mampu mengakomodasi keberagaman
keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan
untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dan secara mikro, harus ditemukan
strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memberdayakan
potensi siswa. Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokus pembaruan
pendidikan di Indonesia
(Nurhadi, dkk, 2004:2).
Selain itu
kualitas hasil belajar dewasa ini menjadikan siswa yang menguasai bahan
pelajaran dengan dihafal dari pada menguasai keahlian tertentu. sebagian besar
dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan
bagaimana pengetahuan tersebut akan digunakan/ dimanfaatkan. Siswa memiliki
kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan,
yaitu menggunakakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. mereka sangat
butuh untuk memahami konsep-konsep yang berhubungan dengan tempat kerja dan
masyarakat pada umumnya dimana mereka akan hidup dan bekerja (Depdiknas, 2002:1
dalam Nurhadi, dkk, 2004:3).
Pada
pendidikan formal, Sekolah seharusnya lebih peka terhadap masalah- masalah
tersebut, termasuk juga dengan kemajuan zaman, kemajuan Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang terus berubah dengan cepat, sehingga sekolah dapat bersegera
dalam melakukan perbaikan dalam peningkatan kualitas pendidikan. Disamping hal
itu guru adalah praktisi yang paling bertanggung jawab atas berhasil tidaknya
program pembelajaran di sekolah atau madrasah. Hal ini disebabkan karena
seorang guru merupakan ujung tombak atau memiliki peran yang penting dalam
kegiatan pembelajaran di ruang kelas. Guru juga turut menentukan kualitas
pendidikan, sebagaimana Tilaar (2000:14), bahwa kunci utama peningkatan
kualitas pendidikan ialah mutu para gurunya.
Di tengah
tengah persaingan global dan ketidakpastian pada abad 21 ini, Karen Penner
mengatakan bahwa: disini kita lihat betapa agama akan muncul kembali sebagai
pegangan hidup manusia di tengah-tengah kemajuan ilmu pengetahuan (Tilaar,
200:146).
Sekolah
sebagai lembaga pendidikan dalam menyelenggerakan pendidikan yang kondusif
perlu memiki dasar pijakan penyelenggaraan pendidikan, khususnya pendidikan
agama, adalah sangat penting. Penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah umum yang
meliputi sekolah dasar sampai perguruan tinggi negeri telah tertuang dalam
ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab I pasal I yang berbunyi:
“Menetapkan
Pendidikan Agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari sekolah
dasar sampai Universitas Negeri”(Zuhairini, dkk, 1981:17).
Kemudian dikuatkan
dan disempurnakan oleh ketetapan MPR no. II/MPR/1983 sebagai berikut:
Diusahakan terus bertambah sarana-sarana yang diperlukan bagi
pengembangan kehidupan keagamaan dan kepercayaan terhadap tuhan yang maha esa,
termasuk pendidikan agama yang dimaksukkan kedalam kurikulum sekolah-sekolah
mulai dari sekolah dasar sampai universitas-universitas negeri (Himpunan
Ketetapan MPR 1993, 1983:112).
Dengan
landasan tersebut pendidikan agama di Indonesia dapat dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan yang berkaitan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dalam
usaha untuk mencapai tujuan pendidikan khususnya pendidikan agama Islam, pada
umumnya sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan tidak lepas dengan kegiatan
belajar mengajar.
Sekolah dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) perlu memperhatikan komponen
didalamnya. Menurut Zuhairini dalam kegiatan belajar mengajar terdiri dari
beberapa komponen, yaitu: 1. Peserta didik. 2. Pendidik. 3. Tujuan pendidikan.
4. Alat-alat pendidikan, dan 5. Lingkungan/ Mileu (Zuhairini, dkk, 1993:22).
Dari komponen-komponen tersebut peserta didik merupakan komponen yang paling penting dalam KBM.
Karena tanpa adanya peserta didik pendidikan tidak akan berlangsung, peserta
didik merupakan bahan mentah yang akan mengalami proses pendidikan.
Siswa dapat
memahami isi pelajaran dengan menggunakan pancaindra yang sehat. Pancaindera
mempunyai peranan yang penting dalam KBM sebagai alat yang digunakan untuk menangkap berbagai informasi yang diberikan.
Dengan kondisi panca indera yang baik memungkinkan KBM dapat berjalan dengan
baik dan baiknya pancaindera merupakan syarat utama dalam balajar, sebagaimana
yang diungkapkan oleh Sumadi Suryabrata, bahwa: baiknya fungsinya pancaindera
merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik (Suryabrata,
1998:236). Hal ini dapat dipahami bahwa: baik tidaknya pancaindera mempengaruhi
kemampuan belajar setiap indifidu.
Dengan
memperhatikan permasalahan tentang peningkatan kualitas pembelajaran dan
berbagai masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran maka harus
merencanakan dan menemukan desain atau
pembelajaran yang tepat dan efektif yang bisa memecahkan masalah-masalah
tersebut. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Chair (1998), yang menunjukkan
bahwa kegiatan pembelajaran yang diawali dengan melakukan kegiatan penyusunan
perencanaan akan meningkatkan kualitas pembelajaran dan meningkatkan hasil
belajar (Muhaimin, 2002:190).
Selain hal
tersebut guru harus menyadari kondisi siswa baik fisik maupun psikis yang
memiliki perbedaan pada masing-masing individu. Kemampuan siswa yang
berbeda-beda dalam menerima pelajaran mengakibatkan perbedaan pula pada hasil
evaluasi pendidikan, terlepas dari faktor pendukung maupun penghambatnya.
Perbedaan pada kemampuan setiap individu dalam menyerap pelajaran diasumsikan
menjadi sebuah penghalang untuk mencapai prestasi yang optimal. Persoalan
inilah yang melatarbelakangi dan mendorong penulis untuk meneliti kemampuan
siswa, dengan maksud untuk megevaluasi tingkat pemahaman siswa dalam menyerap
pelajaran pendidikan agama Islam(AL-Quran hadits) di, madrasah tsanawiyah sebagai landasan sekaligus pertimbangan dalam penerapan
pendidikan agama Islam kedepan. Selain itu di MTs pada tingkat ini daya serap
siswa terhadap pendidikan agama Islam sangat menentukan moral siswa sebagai
manusia muda untuk dasar menjalani kehidupan selanjutnya.
Adapun
penelitian ini akan dilaporkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Evaluasi Tingkat Daya Serap Siswa terhadap
Materi AL-Quran Hadits di MTs Nurul-Ulum Patapan Guluk-Guluk Tahun Pelajaran
2011-2012”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah diuraikan. Maka dapat ditarik beberapa
rumusan masalah, yaitu:
1.
Bagaimana Tingkat Daya Serap Siswa
terhadap Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 03 Batu?
2.
Bagaimana upaya peningkatan Daya
Serap Siswa dengan penerapan Metode dan penggunaan Media pembelajaran terhadap
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 03 Batu?
3.
Faktor-faktor apa yang dapat menjadi
pendukung dan penghambat Daya Serap Siswa terhadap Pendidikan Agama Islam di
SMP Negeri 03 Batu?
B.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1.
Mengetahui Tingkat Daya Serap
Siswa terhadap Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 03 Batu.
2.
Mengetahui sejauh manakah
penggunaan Metode dan Media pembelajaran dalam meningkatkan Daya Serap Siswa terhadap
Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 03 Batu.
3.
Mengetahui sejauh manakah
penggunaan media pembelajaran dalam meningkatkan Daya Serap Siswa terhadap Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 03 Batu.
4.
Mengetahui faktor-faktor pendukung
dan penghambat Daya Serap Siswa terhadap Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri
03 Batu.
C.
Manfaat Penelitian
Dari tujuan
penelitian tersebut dapat diperoleh beberapa manfaat, yaitu:
1.
Sebagai kontribusi bagi
penyelenggara pendidikan di sekolah.
2.
Untuk menjadi bahan kaian dalam
dunia pendidikan khususnya pendidikan agama islam.
3.
Untuk menambah pemahaman penulis
dalam penyelenggaraan pendidikan.
D.
Ruang Lingkup Penelitian
Supaya dapat
menghasilkan pembahasan yang terarah maka perlulah adanya ruang lingkup
penelitian atau batasan masalah agar pembahasan dalam skripsi ini dapat terarah
dengan tepat.
Adapun hal-hal
yang akan penulis batasi adalah Tingkat Daya Serap Siswa terhadap Pendidikan
Agama Islam di SMP Negeri 3 Batu. Dengan demikian lingkup masalah hanya pada
lingkungan Smp Negeri 3 Batu.
E.
Sistematika Pembahasan
Untuk
mempermudah penyusunan dalam skripsi ini, maka peneliti akan membahas tentang
sistematika pembahasan yang akan digunakan sebagai berikut:
Bab I dimulai
dengan pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub, yaitu: Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika
Pembahasan.
Bab II kajian
teori terdiri dari beberapa pembahasan. Pertama pembahasan tentang teori-teori Daya
Serap Siswa meliputi pengertian Daya Serap Siswa dan faktor-faktor yang
mempengaruhiya, kedua pembahasan tentang Pendidikan Agama Islam yang meliputi:
pengertian Pendidikan Agama Islam, dasar dan tujuan, Pendidikan Agama Islam dan
Pendidikan Agama Islam di sekolah. Yang ketiga membahas tentang upaya
meningkatkan Daya Serap Siswa terhadap Pendidikan Agama Islam yang meliputi:
penerapan Metode pembelajaran untuk meningkatkan Daya Serap Siswa terhadap Pendidikan
Agama Islam, penggunaan Media dalam meningkatkan Daya Serap Siswa terhadap Pendidikan
Agama Islam dan faktor-faktor pendukung dan penghambat Daya Serap Siswa
terhadap Pendidikan Agama Islam.
Bab III berisi
tentang metode penelitian, yang terdiri dari pendekatan penelitian, penentuan
populasi dan sample, pembuatan instrument penelitian, metode pengumpulan data
dan teknik analisa data.
Bab IV hasil
dan pembahasan berisi tentang laporan penelitian yang menyangkut gambaran
global laporan penelitian yang terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan.
Bab V penutup
dalam bab ini berisikan kesimpulan dan saran dilengkapi dengan darter pustaka
serta lampiran-lampiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar