Sebentar lagi, tepatnya tanggal 5 Novenber 2013, kita akan memasuki tahun baru Islam 1435 H, dalam momentum tahun baru
Islam kali ini kami sedikit ingin menyampaikan Pesan-pesan yang terkandung dalam
pristiwa hijrah 1434 tahun yang lalu, yaitu hijrah secra maknawi, bukan secara
lafdhi. Banyak sekali pesan yang terkandung dalam peristiwa hijrah ini, bahkan
hampir tak terhitung jumlahnya. Sebagian kecil dari nilai-nilai hijrah yang
dapat kita teladani itu adalah sebuah perubahan yaitu perubahan dari yang
bernilai nigatif menuju perubahan yang bernilai positif normatif, ini terlepas
dari apa sebenarnya yang memotivasi Rasulullah melakukan hijrah ini.
Ada
beberapa teks yang kita ambil sebagai rangkaian terjadi hijrah ;
Pertama
; Firman Allah surat al- anfal ; 30
Artinya
; Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya
terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu.
mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah
Sebaik-baik pembalas tipu daya.
Kedua
; Setelah ayat ini turun lalu Jibril berkata kepada Rasulullah :
Wahai
Rasulallah “ malam ini engkau jangan istirahat ( tidur ) ditempat seperti biasa
engkau tidur, karena malam ini Allah telah memerintahkan engkau untuk hijrah ke
Madinah,
Ketiga
; Setelah itu Nabi datang ke sayyidina Abu bakar seraya berkata ; Allah telah
meng-idinkan saya untuk hijrah ke Madinah, lalu Abu Bakar balik bertanya “
apakah dengan saya ya Rasul “ Nabi menjawab “ Ya “
Keempat
; Hadits yang berbunyi :
Artinya
: Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa Nabi pernah bersabda kepada para shabat “
setelah mereka selesai dari peperangan, kalian selesai dari perang yang kecil
dan akan menghadapi perang yang lebih besar “ Sahabat balik bertanya, “ Apa
yang dimaksud dengan perang yang lebih besar …?, Nabi menjawab ; yaitu
memerangi hawa nafsu “
(
Hadits Riwayat Bukhari )
Dalam
serangkaian teks terjadinya peristiwa hijrah ini, diakui atau tidak, banyak
aspek yang terkandung yang dapat kita teladani. Kalau kita pahami ayat qur’an
dan hadits serta sikap Malaikat Jibril tersebut di atas terdapat nilai
yang sangat luhur, diantara aspek penting disini adalah ; aspek
komonikasi yang sangat intens antara Nabi dengan Allah, antara Nabi dengan
Jibril, antara Nabi dengan para sahabat, dan antara sahabat dengan sahabat yang
lain, tidak hanya itu tapi juga antar kaum muhajirin dan kaum anshar. Jika kita
perhatikan secara spesifik dari beberapa pernyataan tersebut di atas ada momentum
komunikasi yang telah dibangun dengan baik dan efektif. Itu artinya komunikasi
yang baik sangatlah penting , kendati menyangkut persoalan yang kecil
sekalipun. Karena boleh jadi sesuatu yang kecil menurut kita, belum tentu kecil
bagi orang lain, apalagi jika sesuatu itu memang hal yang penting bahkan sangat
penting untuk dikomunikasikan.
Seperti
yang digambarkan di atas tadi, dalam komunikasi yang efektif hendaknya bisa
berjalan secara sejajar pada dua aspek yaitu :
Pertama
: Komunikasi yang dipertanggungjawabkan kepada Tuhan
Kedua
; Komunikasi yang dipertanggungjawabkan kepada manusia
Maksudnya
adalah ; apa yang disampaikan dan diperbuat oleh seseorang tidak hanya
bertanggung jawab kepada manusia, tapi juga harus dipertanggungjawabkan di
hadapan Allah.
Ketiga
; komunikasi yang efektif tentu bersumber dari hati ke hati ( dari sentuhan
hati nurani ) bukan dari kepala ke kepala ( atau dengan pendekatan kekuatan dan
kekuasaan ), karena kominikasi yang tumbuh dan bersumber dari hati seseorang
tidak akan pernah dirasakan puas dengan sesuatu yang telah diperolehnya. jika
dikemudian hari seandainya seseorang sangat puas dengan keberhasilannya
itu, sesungguhnya ia orang yang telah gagal dalam membangun komunikasi,
itu artinya komunikasi yang tumbuh dan bersumber dari kepala ( atau dengan
pendekatan kekuatan dan kekuasaan )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar