Sabtu, 12 Juli 2014

AMALIYAH PASCA RAMADLAN


 
Hari Raya Idul Fitri merupakan salah satu hari besar umat Islam. Setelah berpuasa sebulan penuh, siang hari menahan diri dari makan, minum dan syahwat, malam hari menunaikan shalat tarawih berjama'ah, maka tibalah hari yang dinanti-nanti yaitu Hari Raya Idul Fitri.
Kaum muslimin menyambut hari ini dengan suka cita. Setelah sebulan penuh jiwa dan fisiknya dilatih melalui ibadah puasa, maka sekarang tibalah masa pembuktian. Apakah latihan selama sebulan penuh itu berbuah hasil atau tidak? Latihan jiwa yang ditempuh dalam bulan suci ini, diharapkan membekas pada diri, sehingga ketika keluar dari Ramadhan, kita berhak mendapat gelar muttaqin yang seperti diharapkan.
Melalui tulisan ini, penyusun ingin mengajak segenap kaum muslimin agar melewati hari besar yang bahagia ini, yaitu dengan mengamalkan sunnah-sunnah Rasul Saw. yang berkaitan dengan hari raya. Jangan sampai hari yang penuh berkah ini menyeret kita ke lembah dosa, seperti mabuk-mabukan, bercampur-baur antara lelaki dan wanita, berjabat tangan laki-laki dengan wanita lain mahram, berlebihan-lebihan dalam hal makanan dan minuman, mubadzir dan menghambur-hamburkan harta, dan sebagainya. Sehingga hilanglah hikmah hari raya Idul Fitri yang agung ini.
Perlu diingat, selepas bulan Ramadhan, bukan berarti tiba masa “balas dendam” untuk melampiaskan syahwat. Bahkan, dengan tibanya hari raya Idul Fitri, seharusnya kita lebih menguatkan semangat dalam melakukan ketaatan kepada Allah Swt.
Berikut ini adalah beberapa amaliyah pasca Ramadlan (hari raya Idul Fitri) yang dilakukan Rasulullah Saw. di zamannya:
1.    Membayar zakat fitrah untuk dirinya sendiri dan segenap orang yang menjadi tanggungannya[1].
2.    Menghidupkan malam hari raya dengan cara memperbanyak membaca takbir,[2] tahmid, qiyamul lail dan ibadah-ibadah yang lain.[3] Beberapa sunnah yang dilakukan pada hari raya Idul Fitri adalah:
a.    Mandi sebelum berangkat shalat Idul Fitri[4]
b.    Makan sebelum berangkat shalat Idul Fitri[5]
c.     Memperbanyak membaca takbir sampai imam shalat datang
d.    Memakai wangi-wangian dan pakaian yang terbaik[6]
e.    Waktu berangkat dan pulang shalat Idul Fitri melalui jalan yang berbeda.[7]  
3.    Melaksanakan shalat Idul Fitri pada pagi harinya[8]
4.    Mengucapkan ucapan selamat (tahni’ah)[9]
5.    Saling meminta maaf antar sesama kaum muslim (istihlal)[10]
6.    Berpuasa enam hari di bulan syawal.[11]
Puasa enam hari di bulan Syawal adalah termasuk perbuatan sunnah Rasul. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُـمَّ أَتْـبَعَـهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ (رواه مسلم)
Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan kemudian menyusulinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti ber-puasa selama setahun suntuk ”.

Dalam hadits lain dengan redaksi sedikit berbeda juga dijelas-kan bahwa:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُـمَّ أَتْـبَعَـهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ (رواه الجماعة)
Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan kemudian menyusulinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka laksana ber-puasa selama setahun suntuk ”.

***Semoga Bermanfaat***




 [1] Rasulullah SAW bersabda:                 فَرَضَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الْفِطْرَةِ
طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ Rasulullah SAW mewajibkan membayar
zakat fitrah untuk menyucikan diri dari puasa orang yang omong kosong, ucapan-ucapan keji dan memberi makan orang miskin”.
       [2] Allah berfirman dalam surat al Baqarah ayat 185, bahwa: “..dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) itu dan hendaklah kamu mengagungkan nama Allah (takbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.
  [3] Rasulullah SAW bersabda: مَنْ أَحْيَا لَيْلَتَيِ الْعِيْدِ لـَمْ يَـمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَـمُوْتُ الْقُلُوْبُ  
barangsiapa yang menghidup-hidupkan dua malam hari raya (Fitri dan Adha) maka hatinya tidak akan mati pada hari sekian banyak hati sama mati”.
     [4] Rasulullah SAW bersabda:    أَخَذَ عُمَرُ جُبَّةً مِنِ اسْتِبْرَقٍ تُبَاعُ فِي السُّوْقِ فَاَخَذَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِبْتَعْ هَذِهِ تَـجَمَّلْ بِـهَا لِلْعِيْدِ وَالْوُفُوْدِ فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّـمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لَاخَلَاقَ لَهُ
“Umar membeli jubah yang terbuat dari sutera yang dijual di pasar. Ia membawanya kepada Rasulullah dan berkata,Wahai Rasulullah, ambillah jubah ini untuk berhias diri pada hari raya, dan saat menyambut utusan-utusan." Rasulullah
berkata,"Sesungguhnya, ini adalah pakaian orang-orang yang tidak mendapat bagian di akhirat."
      [5] Rasulullah SAW bersabda:        صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، لَايَغْدُوْ يَوْمَ الْفِطْرِ  كَانَ النَّبِيْ
حَتَّى يَأْكُلَ، وَلَايَأْكُلَ يَوْمَ الْأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ (رواه البخارى وأحمد)
Nabi SAW tidak berangkat shalat Idul Fitri sampai beliau makan terlebih dahulu dan beliau juga tidak makan sampai pulang shalat Idul Adha”.
     [6] Rasulullah SAW bersabda:                   أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْعِيْدِ
 أَنْ نَلْبَسَ أَجْوَدَ مَا نـَجِدُ وَأَنْ نَتَطَيَّبَ بِأَجْوَدِ مَا نـَجِدُ (رواه الحاكم)    
Rasulullah SAW memerintahkan kepada kami agar pada hari raya untuk memakai baju yang terbaik yang kami dapat, dan memakai wangi-wangian yang terbaik yang kami dapat”.
[7] Nabi SAW bersabda:   صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيْدٍ خَالَفَ الطَّرِيْقَ كَانَ النَّبِي             “Nabi SAW. apabila hari raya mengambil jalan lain, selain jalan yang dilalui sewaktu berangkat”.
  [8] Allah berfirman dalam surat al A’la ayat 14, bahwa: “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersih-kanadiri (mengeluarkan zakat fitrah) (14) Dan dia menyebut nama Tuhannya (mengu-mandangkan takbir), lalu dia mengerjakan shalat Idul Fitri (15)”.
      [9] Diantara ucapan yang sering diucapkan ketika hari raya tiba:     تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ وَجَعَلَنَا مِنَ الْعَائِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ
Semoga Allah menerima ibadah kami dan Semoga Allah menjadikan kami termasuk orang yang kembali fitri dan termasuk orang-orang yeng beruntung.
  [10] Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلِمَةٌ لِأَخِيْهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْئٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ الْيَوْمَ (رواه البخاري)
Barangsiapa yang mempunyai dosa kedhaliman terhadap kehormatan saudara-nya atau apapun darinya, maka hendaknya ia meminta halal (istihlal) dari itu pada hari itu
  [11] Para ulama terjadi ikhtilaf dalam tata cara pelaksanaannya, setidaknya ada tiga pendapat: 1] menurut madzhab Syafi’i dan Hanafi, lebih afdlal dilakukan secara bersambung dengan hari raya idul fitri dan berturut-turut selama enam hari, yaitu mulai tanggal 2 – 7 Syawal. 2] menurut Imam Ahmad bin Hambali, sama saja dilakukan secara berturut-turut atau dipisah-pisah selama masih di bulan Syawal. 3] menurut sebgaian ulama, boleh dilakukan satu hari di bulan Syawal sedang sisanya bebas dan tidak terikat dengan waktu asal tidak sampai pada bulan Ramadlan berikutnya. Baca Sayyid Abu Bakar, I’anah at Tholibin, Juz. II, hlm. 268-269. Sayyid Sabiq, Fiqh as Sunnah,  juz.I., hlm. 280. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar