Dalam beberapa tahun terakhir, banyak sekali musibah yang melanda negeri
kita. Dari terjangan tsunami, amukan angin topan, banjir bandang, gunung meletus, tanah
longsor, hingga gempa bumi dan jebolnya tanggul-tanggul penahan air.
Alam seolah begitu murka dengan keserakahan umat manusia yang dengan
rakus mengeksploitasinya tanpa henti. Setidaknya, dari beberapa
peristiwa ini kita dapat memetik hikmah mengapa musibah selalu saja
menimpa kita. Mungkin kita akan menemukan banyak sekali pendapat mengapa
ini terjadi. Para ahli geologi, barangkali akan mengatakan, “Ini hanya
peristiwa alam biasa.” Mungkin para dukun juga akan mengatakan,
“kejadian-kejadian tersebut addalah penanda pergantian zaman.” Namun
yang demikian adalah pendapat, sah-sah saja jika kita percaya, namun
tidak wajib kita imani.
Terlepas dari segala kelakuan dan antisipasi manusia, dalam pandangan
al-Qur’an, musibah-musibah adalah merupakan ketentuan yang telah
digariskan oleh Allah SWT. Taqdir yang telah digariskan oleh Allah SWT.
Sebagaimana firman Allah dalam surat at-Taubat ayat 51:
قُلْ لَنْ يُصِيْبَنَا إلاَّ مَا كَتَبَ اللهُ لَنَا هُوَ مَوْلاَنَا وَعَلَى اللهِ فَاْليَتَوَكَّلِ اْلمُؤْمِنُوْنَ
“Katakanlah: Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang
telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan
hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakkal”
Pada ayat ini, Allah menegaskan bahwa, setiap peristiwa yang terjadi
semuanya telah digariskan Allah. Dan hanya kepada Allah, kita
berlindung. Lalu mengapakah Allah menimpakan bencana kepada umat-Nya? Umat yang
mengimani dan menyembah-Nya dalam ajaran yang benar dan hak? Mengapa
bukan orang-orang kafir saja ditumpas dengan bencana? Jawabnya adalah,
karena di balik setiap takdir, pastilah terdapat makna yang tersembunyi.
Termasuk dalam beberapa musibah yang melanda kita. Dan bagi
saudara-saudara kita yang tertimpa musibah namun masih hidup setidaknya
dapat memetik hikmah atas apa yang menimpa mereka.
Mereka yang lolos dari bencana adalah orang-orang yang beruntung
karena masih sempat ditegur oleh Allah SWT. Mereka yang lolos masih
diberi kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki kualitas ketaqwaan,
keimanan dan hidupnya. Mereka masih sempat meminta ampunan kepada Allah
SWT atas segala kesalahan serta berbuat kebajikan sepanjang sisa
hidupnya untuk menghapuskan dosa.
Bencana menjadi teguran bagi mereka yang selamat, demikian pula bagi
mereka yang berada jauh dari tempat kejadian. Orang-orang yang tidak
terkena bencana, mendapatkan cobaan dari dampak bencana. Mereka yang
sentosa berkewajiban menolong yang kepayahan. Mereka yang hidup
berkewajiban menyelenggarakan jenazah bagi yang meninggal. Mereka yang
masih memiliki banyak harta, berkewajiban memberikan makanan dan pakaian
serta menolong dengan segenap kemampuan kepada mereka yang kehilangan
segalanya. Memberi makan kepada mereka yang kelaparan, memberi pakaian
kepada mereka yang telanjang dan memfasilitasi mereka yang kehilangan
tempat tinggal.
Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang
muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada
hari kiamat; barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan,
Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; dan barangsiapa
menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan
Akhirat; dan Allah selalu akan menolong hambanya selama ia menolong
saudaranya.” (HR. Muslim)
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda :
حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ
فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ
فَحَمِدَ
اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ
“Hak seorang Muslim atas seorang Muslim yang lain ada enam.” Di
antara para sahabat, Ada yang bertanya, ‘Apa saja ya Rasululllah?’
Beliau menjawab, ”Bila kamu berjumpa dengannya ucapkan salam, jika ia
mengundangmu penuhilah, jika ia meminta nasihat kepadamu nasihatilah,
jika ia bersin dan memuji Allah hendaknya kamu mendoakannya, dan jika ia
sakit jenguklah, dan jika ia mati antarkanlah jenazahnya….” (HR Muslim)
Bencana adalah juga sebuah teguran dari Allah kepada orang-orang
beriman, namun lalai menjalankan perintah-Nya. Peringatan dari allah ini
sudah seringkali tampak melalui beberapa peristiwa serupa yang
seringkali melanda negeri kita. Namun selalu saja kita belum bisa
memperbaiki diri, sikap dan perbuatannya. Padahal beberapa musibah yang
terjadi ini adalah akibat dari perbuatan dan ulah kita sendiri sebagai
bangsa.
Jika alam di negeri kita rusak, siapakah yg merusaknya? Tentu adalah
kita sendiri yang merusaknya. Bukan negara lain, karena takkan ada
negeri lain dapat merusak negara kita kecuali kita sendiri yang
mengijinkan mereka. Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 41.
ظَهَرَ الفَسَادُ فِيْ الُبَرِّ وَاْلبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أيْدِي
النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ اَّلذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُوْنَ
“Telah nampak kerusakan didarat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan lepada mereka sebagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang
benar).”
Adapun bagi kita semua, rentetan musibah yang terjadi hendaklah
menjadi tadzkirah (pengingat) bahwa bencana memilukan tersebut dapat
terjadi ditempat kita jika Allah SWT menghendaki. Seharusnyalah bagi
kita untuk selalu berdo’a, bertaqarrub, dan beristighfar semoga Allah
SWT selalu menganugerahkan keselamatan dan ampunan bagi kita semua.
Dan jika demikian, maka Allah memberi peringatan kepada kita supaya
kembali ke jalan yang benar. Perbuatan manusialah yang selama ini banyak
merusak ekosistem dan lingkungan. Manusia yang serakah, selalu
mengeksploitasi alam dan banyak menyebabkan kerusakan lingkungan.
Peringatan dari Allah yang berupa bencana menunjukkan bahwa Allah masih
sayang kepada hamba-hamba-Nya dan menghendaki mereka untuk kembali ke
jalan yang diridloi-Nya.
Karena, kerusakan alam selalu mengakibarkan kerugian bagi warha di
sekelilingnya, terutama rakyat kecilnya. Karenanya, siapa yang lebih
kuat harus melindungiu yang lemah. Siapa yang berkelonggaran harus
menolong yang sedang dalam kesusahan dan siapa yang selamat harus
bersedia menolong kepada saudaranya yang terkena musibah.
Mestinya kita takut jika tidak menolong, padahal kita mampu, mestinya
kita malu kepad Allah jika tidak membantu saudara-saudara yang sedang
kesusahan, apdahal kita sedang banyak memiliki kelonggaran. Bukankah
Rasulullah SAW telah bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لاَ يَهْتَمْ بِأُمُوْرِ اْلمُسْلِمِيْنَ
“Tidaklah termasuk golongan kita, mereka yang tidak peduli dengan persoalan-persoalan umat Islam.”
Dengan demikian, maka umat akan persatuan dan kesatuan umat Islam
akan semakin kokoh selepas berlalunya bencana, jika kita dapat menyadari
bahwa selalu ada hikmah di balik setiap kejadian yang tampak
mengerikan. Bencana merupakan ujiana bagi umat Islam, sudahkah mereka
mencadi seperti penggambaran Rasulullah SAW?
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang Islam yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling menguatkan.”
Maka akhirnya, marilah kita doakan semoga saudara-saudara kita yang
telah dipanggil oleh Allah dalam bencana-bencana di negari ini adalah
meninggal dalam keadaan syahid. Bagaimana pun juga salah satu tujuan
Allah mewafatkan mereka dalam bencana adalah untuk mewafatkan mereka
dalam kondisi mati syahid. Karena mereka yang meninggal dalam kondisi
mati kejatuhan reruntuhan, tenggelam, terbakar, melahirkan, mati dalam
merasakan sakit perut adalah masuk dalam kategori mati syahid, selama
mereka mengalami naza’ (syakarotul maut) dengan tetap teguh memegang
keimanan kepada Allah SAW. Amin Allahumma Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar